~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*
Selasa, 20 Oktober 2009

Hitam >< Putih

Apa kau tahu, bahwa dunia ini hanya terdiri atas hitam dan putih saja?
Apa kau tahu, bahwa warna abu-abu itu hal terlarang?
Dan, apa kau tahu, bahwa manusia lah yang menciptakan warna abu-abu itu?


Tidak kan?

Kamis, 01 Oktober 2009

Aishiteru Ao kun! part 3

Setelah bel istirahat berbunyi, tempat Ao dipenuhi oleh anak-anak sekelas. Kebanyakan cewek-cewek yang ingin kenalan dengan Ao.
"Hei Ao, kenalin nama gue Anton, dan yang di depan gue namanya Rena." sahut Anton sambil mengulurkan tangan.
"Halo," balas Ao sambil menjabat tangan Anton dan Rena. Tiba-tiba ada seorang cewek yang menerobos "dayang-dayang" di sekeliling mereka dan langsung duduk di sebelah Rena.
"Hei Ao! Kenalin, gue Lova," katanya dengan suara yang dibuat-dibuat dan senyum yang semanis mungkin.
“Oh ya Ao, lo kan anak baru, jadi belum tahu pelajaran yang udah lewat kan? Nih gue pinjemin buku pelajarannya. Lo bisa balikin minggu depan kok,” kata si ‘Miss Centil’ itu sambil menyodorkan setumpuk buku pelajarannya di meja Ao.
“Tapi, tidak apa-apa?” tanya Ao.
“Tenang aja. Gue lagi nggak perlu, jadi lo bisa pinjem deh!”
“Arigatou ne, Lova-san.” jawab Ao pendek. Walaupun sedikit tidak mengerti, tapi Lova bisa menduga-duga artinya trima kasih.
“Woi banci! Sini lo! Gue bilangin ya, setiap lo ketemu gue, lo harus kasih gue ongkos masuk kelas! Cuma sampai sebulan aja lo harus bayar, kalo sudah lewat elo nggak perlu bayar. Cuma perlu bayarin gue di kantin.” cerocos Bobi. Semua orang yang ada di situ tahu bahwa yang dimaksud adalah Ao, tapi dia hanya diam tak menjawab, toh dia cowok kan? Bukan banci atau cewek.
“Woi! Denger nggak sih?! Ao! Sini lo! Dipanggil dari tadi juga!” seru Bobi.
“Kau memanggilku?” sahut Ao datar. Sangat-amat-minim-ekspresi.
“ Ya iyalah cebol! Dari tadi gue manggil elo kale?! Lo nggak denger ya?!” gertak Bobi.
“Kau tadi tak memanggilku. Kau memanggil seseorang yang kau sebut… apa tadi? Ban…ci? Ya, itu. Kalau kau memanggilku, kau bisa panggil ‘Ao’ kan? Aku ini punya nama. Dan jangan sebut aku ‘cebol’.” kata Ao.
“Oh, jadi lo marah gue panggil lo ‘banci’ dan ‘cebol’ hah? Emang lo banci kan! Rambut panjang gitu, kan cuma cewek yang rambut panjang segitu?! Lagian, badan lo pendek banget.! Apa coba namanya kalo bukan CEBOL!!”
Ao hanya menatapnya datar. Tak ada yang menyangka bahwa beberapa detik kemudian dengan gerakan yang tak dapat diterka, Ao dengan gerakan sangat cepat mencengkeram tangan kiri Bobi, dan menariknya. Secara bersamaan Ao menyikut perut Bobi dengan siku kirinya. Lalu menendang kakinya ke belakang hingga Bobi jatuh tengkurap. Belum selesai dengan itu, Ao dengan segera mengunci kedua lengan Bobi ke belakang hingga Bobi meringis kesakitan.
“Cepat tarik kata-katamu itu kalau kau masih mau melihat matahari pagi. Aku memang pendek, kuakui itu. Tapi aku lebih kuat darimu.” kata Ao dingin. Bobi hanya terus meringis, tak menjawab. Semua yang ada di situ hanya bengong, tak percaya dengan yang mereka lihat. Bobi menatap gank-nya meminta pertolongan. Teman-temannya sudah mau menolong, tapi hanya dalam sekali tatap, Ao sudah membuat mereka tak bisa bergerak. Ciut. Tak punya nyali.
Dasar orang-orang pengecut, pikir Ao.
Dengan wajah tanpa ekspresi (atau mungkin tanpa belas kasihan..?), Ao menekan kuncian lengan Bobi sampai dia berteriak kesakitan.”Silahkan pilih, tarik kembali kata-katamu, atau kupatahkan tanganmu.”
“Ergh… o,oke… gu,gue tarik kata-kata gue tadi..! Jadi lepasin…!” ratap Bobi sambil tergagap-gagap.
“Subarashii,” Ao pun melepaskan tangan Bobi. “Nah, setelah kulepaskan tanganmu, kau tak melanggar apa yang kau katakan bukan?” tanya Ao.
Bobi hanya membuang muka. Dia benar-benar kesal -dipermalukan-di-depan-teman-temannya-hanya-oleh-seorang-murid-baru- tapi tak bisa berbuat apa-apa.
“Kuanggap sikap diammu itu sebagai jawaban ‘ya’.” sahut Ao dingin. Ia kemudian berjalan ke arah Anton dan Rena. Mereka berdua masih bengong, sama seperti yang lainnya.
“Hei, bisakah kalian antar aku berkeliling sekolah ini?” tanya Ao.
“Ah, bisa, bisa! Mumpung waktu istirahatnya belum habis! Ayo,” jawab Rena yang sadar karena ‘nyawanya’ lebih dulu sampai di bumi daripada Anton. Ia langsung menggamit lengan Ao dan Anton. Dia ingin segera keluar dari situ sebelum Ao sempat ‘ditelan’ kerumunan teman-temannya.

I'd Tell You I Love You, but Then I'd Have to Kill You

Aku Bisa saja Bilang Cinta, tapi Setelah itu Aku Harus Membunuhmu