~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*

Ini gua dapet dari FFn... karena...sumpah, gua cengo sendiri bacanya. Oh, Matt (Mail Jeevas) adalah chara di komik dan anime 'Death Note', yang kepintaran di atas rata-rata. Ga tanggung-tanggung terhebat ke5 setelah Mello... trus dia seorang proffesional hacker yang kehebatannya ga usah dipertanyakan lagi. Dan juga...
.

.

seorang  game-freak.

Sering dipairingkan dengan Mello... hohoho... duo M yang HOT dan kyaaaa kalian itu  OTP-ku lhoooo~~~!!! *fujoshi-nya kambuh*

Ehem... ini beneran ada fanficnya lho, klo mau liat versi aslinya... judulnya sama aja kok. ^___^ V

From Matt, With Love 
by Orange Burst

From Matt, with love

Seandainya hatimu adalah sebuah system, maka akan ku-scan untuk mengetahui port mana yang terbuka sehingga tidak ada keraguan saat aku c:\ nc -l -o -v -e ke hatimu,tapi aku hanya berani ping di belakang anonymouse proxy… Inikah rasanya jatuh cinta sehingga membuatku seperti pecundang? Atau aku memang pecundang sejati? …Whatever!
Seandainya hatimu adalah sebuah system, ingin rasanya aku manfaatkan vulnerabilitiesmu, pake PHP injection Terus aku ls -la; find / -perm 777 -type d,sehingga aku tahu; adakah free space buat aku di hatimu? Apa aku harus pasang backdor "Remote Connect-Back Shell" jadi aku tinggal nunggu koneksi dari kamu saja, biar aku tidak merana seperti ini?
Seandainya hatimu adalah sebuah system, saat semua request-ku diterima aku akan nongkrong terus di bugtraq untuk mengetahui bug terbarumu. Akan ku-patch n pacth terus,aku akan jaga service-mu jangan sampai crash. Aku akan menjadi firewallmu dan memasang portsentry, juga menyeting error pagemu " The page cannot be found Coz Has Been Owned by Someone, so… get out!" Aku janji nggak bakalan ada macelinious program atau service yang hidden, karena aku sangat sayang dan mencintaimu.
Seandainya hatimu adalah sebuah system, jangan ada kata "You dont have permission to access it" untuk aku, kalau ga mau di ping flood Atau DDos Attack… jangan ah…! Kamu harus menjadi sang bidadari penyelamatku.
Seandainya hatimu adalah sebuah system, …? Tapi sayang hatimu bukanlah sebuah system,
kamu adalah sang bidadari impianku, yang telah mengacaukan systemku! Suatu saat nanti aku akan datang n mengatakan kalau di hatiku sudah terinfeksi virus yang Menghanyutkan, Ga ada anti virus yang dapat menangkalnya selain …kamu.
-Matt-

_________________________________________________________________________________

Wahai belahan jiwaku…
aku telah Add cintamu di inbox hatiku
Kan ku save setiap message rindumu
Hingga Gyga Byte memoriku
Wahai kekasih hatiku…
kuJadikan dirimu header and footer cintaku
kujadikan screensaver kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran desktop hatiku
Wahai pujaan hatiku…
Bila masa out of date tiba
Jangan kau uninstall kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di back up hardisk asmara
Wahai mutiara kalbuku...
kujadikan Hanya kaulah master software hatiku
Explore file cintaku yang syahdu
Wahai bidadariku…
aku akan Stabilisasikan LAN hatiku dan hatimu
dan menyeimbangkan transfer cinta kita
Jangan lupa update anti virus cinta
Biar Si Brontok dan Si Trojan tidak mengganggu selamanya
-Matt-

________________________________________________________________________________


(ngakak)
.

.

.

.
(masih ngakak)
.

.

.

.

Oh MY GOD, LO ITU KERACUNAN APA SIH MATT??!!! SUMPAH KACAU BANGET...!!!
(ngakak lagi)

Sabtu, 09 Oktober 2010

Aishiteru, Ao-kun! Part 14

.... Gua kebelet pengen post yang ini. Because keren banget kata-kata English-nyaa..!!
But... kayaknya gua bakal HIATUS ngerjain yang ini... gua mau fokus ngegambar aja deh dulu... hohoho
-kabur sebelum ke timpuk-

_______________________________________________________________________________



5

Sekolah, jam olahraga, lapangan indoor.
Anton dan Rena merasa ada yang aneh pada Ao. Ao terlihat sedikit lesu saat olahraga basket, sepertinya ada yang dia pikirkan sehingga sering terlihat melamun sendiri.
“ Anton, kok kayaknya Ao hari ini kelakuannya aneh...? Kayak ada yang lagi dipikirin…. Hari ini jutek banget, walaupun biasanya jutek juga sih…” tanya Rena sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“ Gue juga ga tau…. Gimana kalo kita tanya aja yuk?” sahut Anton. Mereka mendekati Ao yang sedang duduk sendiri waktu istirahat beberapa menit.
“ Ao, lo kok lesu banget sih…. Lo kenapa? Sakit? Klo gitu kita ke UKS aja.” tanya Rena khawatir.
“ Aku nggak kenapa-kenapa. Memang kenapa?” Ao malah balik bertanya.
“ Lo kok waktu main basket tadi keliatan lesu banget..? Dikira orang lo ga bakal bisa masukin bola. Tapi ni orang tetep aja bisa masukin bola berkali-kali walau keliatan banget lagi ngelamun. Jadi iri nih gue, gue yang konsentrasi banget masukin bola cuma 2, itu juga masukin 1 bola waktunya 30 menit. Lo 1 menit 1 bola..! Lo sebenarnya pake jurus apa sih?” sahut Anton berapi-api.
“ Iya. Lo udah berapa kali kepergok lagi bengong, emang ada apa nih? Kan kasihan sama fans-fans lo itu, mereka pada ribut ngomongin elo,” sambung Rena menggoda Ao.
Ao menatap Rena datar.
“E... Ao...?” Rena salah tingkah dilihatin Ao.
“Apa?”
Rena salting banget sekarang. “Ngapain lo... ngeliatin gue kayak gitu...?” Waw... ada apakah dengan Rena?
Seketika Ao mengerutkan keningnya. “Memangnya kenapa?”
Rena menelan ludah sebelum menjawab, “Gue masih belum mau mati dikeroyok para fans lo itu, jadi jangan ngeliatin gue kayak gitu. Daritadi gue merasakan aura hitam dari para fansclub lo.” Oh, ternyata....
“Ah, gomennasai.”
Anton menepuk bahu mereka berdua, sambil menggelengkan kepalanya (sok) pasrah. “Aduh kalian berdua... gue nggak dianggap ada ya di sini?” Anton menangkupkan tangannya di dada dengan dramatis. Rena yang melihatnya berekspresi jijay, sementara Ao tetap dengan ‘poker face’nya.
“Sumpah lo kayak banci, Ton” kata Rena dengan ekspresi ‘Iueh...’. Dan Rena pun mendapat jitakan ‘tampan’ dari Anton.
Dan dimulailah ronde kedua ‘pertempuran’. Yak! Kedua peserta sudah mengeluarkan deathglare masing-masing ke arah lawannya. Dari sudut merah, Anton bersiap-siap mendaratkan jurus ‘jitakan tampan’nya lagi ke Rena. Di sudut biru, Rena ancang-ancang mengeluarkan jurus ‘cubitan cabe rawit’ kepada Anton. Oh... mereka begitu bernapsu menjatuhkan lawannya, saudara-saudara! Baiklah, kedua peserta sudah sangat  siap, para penonton pun sudah tidak sabar menantikan pertarungan sengit keduanya. Jadi, langsung saja.... Mulai!
BUAKK!
Sebuah bola basket mendarat tepat di kepala mereka berdua. Kemudian memantul ke arah Ao, lalu Ao sedikit memiringkan kepala tepat saat bola itu melewatinya. Menatap bola yang sudah menggelinding jauh itu sebentar, kemudian Ao menengok ke arah Anton dan Rena yang berjongkok memegangi kepala mereka.
“Sakiit...” rintih Anton.
“Woy! Kira-kira dong kalo ngelempar...! sakit banget tau...!” teriak Rena. Ao menghela napas. Ia melihat Lova berlari kecil mendekati mereka.
“Huaa... maapin gue...! Sori banget tadi.... kalian nggak kenapa-kenapa kan...?” Lova terlihat khawatir. Oh, ternyata Lova toh yang ngelempar bolanya....
“Kita nggak kenapa-kenapa, tapi kepala nih yang kenapa-kenapa!” sungut Anton sambil mengusap-usap kepalanya.
“Aduh... sori deh...” Lova merasa bersalah. Tapi Rena dan Anton masih menggerutu.
Ao menghela napas. “Sudahlah... toh hanya bola basket.”
Rena dan Anton mendelik. “Tetep aja sakit!” teriak mereka bersamaan.
“Lebih mending kena bola basket atau bola besi?”
Perkataan Ao itu membuat keduanya bungkam.


Ao POV
Aku menghela napas lagi. Rena dan Anton tetap saja menggerutu... Menyusahkan saja....
“Ah, elo tadi kena bola juga kan?” selidik Rena.
“Tidak.”
“Bo’ong ah! Tadi gue liat bolanya mantul ke elo.” bantah Anton.
Aku menatapnya datar. “Bolanya hanya melewati samping kepalaku.” Dan mereka berteriak bersamaan, “Aah! Curang lo..!”
Apanya yang curang?, aku menghela napas lagi. Entah kenapa akhir-akhir ini aku suka sekali menghela napas.
“Aduh... maapin gue ya...?” kata Lova untuk yang ketiga kalinya.
Deg.
Kenapa... ini..., aku kesulitan bernapas dan jantungku berdenyut nyeri. Tapi aku berusaha menyembunyikannya dengan tetap berwajah datar.
“Ayo semua berkumpul! Sekarang kita akan ambil penilaian!” teriakan Doni-sensei  mengalihkan perhatian semuanya, sekaligus membuat kepalaku berdenyut menyakitkan.
“Tch...”
Rena menoleh padaku, “Yuk Ao, kita-” ucapannya terhenti, “Hei, Ao? Lo baik-baik aja?” sepertinya kupingku berdenging nyaring.
“Tidak apa-apa.” kataku pelan, berusaha terdengar datar.
“Tapi muka lo pucet...”
"Sing a song for you now... And night gone..." Ngiiiing... Suara dengungan keras seperti masuk ke dalam telingaku, aku tidak bisa mendengar Lova yang masih mengoceh.
Dengungannya terasa semakin keras dan membuat kepalaku sakit. "Whenever it will shiny by moonlight..." 
"?" Aku menutup telinga kanan dengan sebelah tanganku, berniat untuk menghilangkan suara itu tapi tampak sia-sia, suara itu makin keras.
"Call me through my dream, anguish came with me." Lagi, lagi dan lagi...
“Ao? Lo baik-baik aja kan??” Anton mengguncang-guncang bahuku.
"Did you see my dream? Thanatos was with me."  Aku semakin tidak bisa bernapas seiring suara itu berdengung di kepalaku. “Aku... aku ke toilet dulu...” tanpa menunggu adanya jawaban, aku segera berlari menuju koridor. Masih sempat kudengar suara mereka bertiga yang memanggil namaku, tapi aku sudah tidak peduli.
Ngiiiiing...
Kepalaku bertambah sakit, dan aku hampir tidak bisa bernapas lagi.
"You'll find me in fears."
 "Ahhh!" Aku bersandar pada tembok dan memekik tertahan karena tidak tahan dengan suara itu.
"Tidak..." Aku tetap menutup kedua telingaku. "Ukh..."
"And all of scream."  Suara itu tergiang lebih keras. Dengungan yang terdengar menyakitkan.
“Uhh...” bibirku gemetaran dan lidahku kelu. “N... No... Noin...” setengah mati aku berusaha mengucapkannya.
Srakk!
Aku mengenal aura ini. Perasaan lega melingkupiku, sesaat sebelum aku jatuh ke dalam kegelapan.

Well... rasanya gua ada bilang bakal beda tempat... tapi syukurnya gua ga janji, jadi gua ga bakal ngerasa bersalah ngepost ini, because ini masih cerita Ao. Gue masih stuck nih bikin cerita An.

_______________________________________________________________________________


Hari Senin yang cerah... begitu indah dengan suara kicauan burung-burung kecil, angin semilir yang sesekali berhembus dengan volume pelan, daun-daun kering yang berjatuhan saat tertiup angin.... Tapi tetap saja tidak ada yang lebih bagus dari dengungan suara-suara berisik yang bergema di tengah lapangan, tetesan keringat yang membasahi hampir sekujur tubuh, tumbangnya beberapa orang yang entah sengaja atau memang tidak kuat lagi, dan yang paling penting, matahari yang bersinar cerah seolah sedang mengejek para murid yang sedang melakukan upacara bendera.
Ya... hari yang sangat cerah.
“Oh gosh... sumpah gue pengen pingsan aja...” rintih Lova setelah menghempaskan tubuhnya di kursi. Nana yang duduk disebelahnya merebahkan kepalanya di meja.
“Lo kira lo aja apa... gue mah udah mau tepar tadi... Kalo aja tuh bel penyelamat telat dikiiit aja bunyi... Huaaaah... dunia mimpi, I’m coming ~~” sahut Nana.
Lova ingin menimpali perkataan Nana saat dari sudut matanya ia melihat sang “Sweety Prince” berada di ambang pintu. Lova hanya menatapnya dengan tatapan oh-my-god-lo-cakep-banget-sih.
“Tapi yah... paling nggak gue seneng sih...”
“Gara-gara lo baris di samping Ao kan?” timpal Nana. Lova hanya tersenyum malu-malu.
“Beuh... kalo gitu kenapa nggak disamperin aja sekarang?? Cepet gih sana. Hus hus...”
Lova memutar bola matanya. “Ngusir nih ceritanya?”
“Hehehe... iya. Tau aja sih loe....” Nana ketawa cengengesan.
“Huh... dasar. Ya udah deh, gue pergi dulu. Sekalian ngasih tau Anton tentang elo yang begitu mengkhawatirkan dia waktu Anton dikejar-kejar fans Ao yang sakit jiwa itu.” kata Lova sambil lalu.
Nana langsung bangkit dengan wajah memerah. “Maksud lo apaan?!”
Sayang Lova sudah ngacir duluan.

TbT

Nah sekarang... gue mesti ngapain?, pikir Lova.
Saat ini ia ada di depan pintu kelas. Bingung mau nyamperin Ao apa nggak. Karena tadi ia lihat Ao berjalan masuk ke ruang guru yang hanya beda 3 kelas dari kelasnya dan Ao.
Uuukh.... Nggak jadi deh..., Lova yang semula udah jalan ke ruang guru, langsung putar haluan. Langsung ngacir ke toilet.
“Duh... gue belum siap... belum siap...” gumam Lova sambil mondar-mandir di toilet. Sesekali ia melongokkan kepala keluar. Mencari-cari keberadaan Ao.
Ya udah deh... gue balik aja, pikir Lova akhirnya. Ia kemudian kembali ke kelasnya.
Haah... coba gue bisa kayak dulu..., Lova jadi teringat kejadian saat ia ‘kumat’ centilnya. Saat dia meminjamkan buku pelajarannya pada Ao. Lova bener-bener pengen jedukin kepalanya ke tembok kalo ingat itu. Duh... malu pisan euy!
Lova terus ngedumel dalam hati sampai-sampai tidak memperhatikan jalan. Tanpa sengaja ia menubruk seseorang yang membawa setumpuk kertas tipis (baca:amat-sangat-tebal) di tangannya sehingga membuat mereka berdua terjatuh. Well, rasa sakitnya lumayan lho. Apalagi Lova jatuhnya pantat duluan.
“Aw!” jerit Lova sambil memegang pantatnya yang menjadi korban karena telah melindungi tulang ekornya dari hantaman lantai keras yang dinginnya sangat tak berperasaan (halah LEBAY!).
“Ah. Gomennasai.” sebuah tangan terulur di depan wajahnya. Lova langsung menyambutnya tanpa memperhatikan lagi siapa yang menolongnya itu. Pelan-pelan Lova berdiri sambil merintih pelan. (Emang sesakit apa sih?? Lebih sakit kan kalo jatuh yang mendarat muka duluan... –ditendang-)
“Tidak apa-apa?” sebuah suara alto yang nge’bass’ dan sangat dikenal Lova, yang sanggup membuatnya dag-dig-dug-dugdug-dug ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR! Hooree! Buka-an! Buka puasa! –dirajam massa-
Maap atas ketidaknyambungannya. Back to story.
Lova mengangkat wajahnya hanya untuk melihat iris mata berwarna biru langit- lho? Perasaan waktu pertama kali warnanya kayak ungu gitu deh. Tapi Lova tidak menghiraukan pertanyaan yang melayang-layang di benaknya itu. Ia begitu terhanyut akan tatapan mata yang begitu dalam, sedalam samudraa~ (jiah, malah nyanyi) –coughcough- tatapan mata yang begitu memerangkap. Tatapan mata dari orang yang selama ini selalu diperhatikan Lova.
“...Lofa-san?”
(A/N: berhubung di Jepang ga ada huruf ‘v’ –rasanya sih-, jadi Ao manggil Lova dengan “Lofa” dan tambahan ‘san’ untuk kesopanan –caelah bahasanya-, dan huruf ‘v’ diganti menjadi ‘f’)
“Eh... iya... nggak apa-apa kok.” sahut Lova gugup. Ia menunduk, melihat bahwa tumpukan tipis (baca: tebal) kertas yang tadi dibawa Ao berserakan di lantai. “Ah..!” jeritnya tertahan.
Lova berjongkok dan mulai memunguti tumpukan kertas tebal tipis itu satu persatu. Ao juga melakukan hal yang sama.
“Duh... sorry banget ya... gara-gara gue, berkas-berkas lo jadi berantakan gini...”
“Hn....”
Hanya itu huruf kata yang keluar dari mulut Ao. Dan juga sebagai jawaban absurd sebelum akhirnya keheningan panjang (567.332 nanodetik) mengisi suasana canggung (bunga-bunga musim semi bertebaran di hati Lova, malaikat-malaikat kecil bernyanyi dan menari sambil membunyikan lonceng) di sekitar mereka (kertas, kertas, kertas, dan KERTAS).
Oke. Tanda-tanda gaje. Back to story.
Setelah selesai merapikan berkas-berkas yang berserakan, Ao mengulurkan tangannya pada Lova, meminta tumpukan kertas yang berada di pangkuan Lova.
“Eh, nggak usah deh... gue aja yang bawain ya! Daripada ntar lo nabrak orang atau kepeleset atau salah jalur atau apa...gitu, kan berabe urusannya nanti.” kata Lova sambil nyengir.
Ao hanya mengangkat sebelah alisnya. “Baiklah.” Lalu ia berjalan meninggalkan Lova.
Lova bengong.
Ao terus berjalan beberapa langkah, tapi kemudian ia berbalik dengan anggun layaknya Sephiroth Cloud-KU yang tampan-imoet-cuakep-geulis(?)-cuantiek(?)-muaanuiis kayak coklat dari Bermuda (emang ada tuh?), sehingga membuat Lova terpesona. Apalagi background Ao berbalik dengan anggun layaknya Cloud-KU yang tampan-imoet-cua- -author dilempar kursi- *coughcough* ehm, backgroundnya pake bunga-bunga gitu. Tapi jangan salah, bunganya keren dan unik lho, ada mawar hitam (kalo ada), anggrek hitam, mawar biru (kayaknya ada nih), sakura, tsubaki, aster merah (kalo ada), lilac, lily hitam dan merah darah (kayaknya dicat nih), melati, kamboja... KOK JADI NGOMONGIN BUNGA SIH?!
Ehm, maap atas melencengnya cerita. Back to story.
“Sampai kapan kau akan berdiri disitu?” tanya Ao datar. Ia berbalik dan berjalan lagi. Lova mengerjap. “Hei, tunggu dong...!” dengan setengah berlari Lova mengejar Ao yang sudah pergi meninggalkannya.
Selama perjalanan, tak ada satu pun dari mereka yang bicara. Lova –selain rasa berdebar karena ia akhirnya bisa bersama Ao berduaan- bingung ingin mengobrol apa. Sedangkan Ao, ia sedang memikirkan sesuatu.
Karena tak tahan dengan kebisuan di antara mereka, Lova akhirnya memberanikan diri membuka suara.
“Err... Ao, gue bingung deh.... Mata lo itu warnanya aslinya emang biru gitu ya? Rasanya waktu hari pertama lo masuk, mata lo warnanya rada ungu gitu...” Lova bertanya dengan suara pelan.
“Tidak.” Oh, singkat sekali jawabanmu itu, Ao.
“Lho? Jadi lo pake contact lens nih?”
Ao melirik sekilas ke arah Lova. “Saat ini, tidak. Mataku kadang terlalu sensitif terhadap benda asing.”
“Oh...” Lova hanya ber’ooh’ ria. “Ng... jadi, warna mata asli lo apa dong?”
Ao berhenti berjalan, kepalanya menunduk melihat lantai. Ia terdiam. Refleks, Lova ikut berhenti di samping Ao.
“Kau benar-benar ingin tahu?” Ao masih menundukkan wajahnya.
“Em...” mungkin, pikir Lova. “Yeah, gue pengen tahu.” Habis jarang-jarang ada orang dengan mata ‘bule’ kaya elo.
“Warna asli  mataku...” Ao mengangkat wajah, dan menatap Lova. “Merah.”
Lova terpaku. Iris mata Ao yang sekarang menatapnya, bukan lagi biru langit seperti sesaat yang lalu, tapi seperti yang dikatakan Ao barusan. Warnanya merah. Merah darah.  Berkilau dan jernih.
Tatapan mata Ao menghanyutkan Lova. Lova tak bisa mengalihkan pandangan dari manik-manik merah di mata Ao itu, yang seakan bisa menenggelamkan siapa saja yang berani mencoba menyibak rahasia kelam dibaliknya. Mereka berpandangan selama 5 detik –yang terasa sangat lama bagi Lova- sebelum akhirnya Ao menyentakkan kepalanya bawah.
Ao mengangkat wajahnya lagi, warna matanya kembali menjadi biru. “Kurasa kau tidak akan memberitahukan hal yang tidak terlalu penting ini kan?”
Lova yang masih shock, hanya bisa mengangguk pelan. “Kok bisa...?”
Ao hanya melirik Lova dari sudut matanya, salah satu sudut bibirnya tertarik sedikit. Aw... senyum miring yang misterius....
“Rahasia.” kata Ao, kemudian ia berjalan lagi. Lova menyamakan langkah di sebelah Ao.
“Kali ini aku yang bertanya.”
Lova menoleh. “Eh?”
“Kau itu... gurifurendo­  Rico ya?” Lova cengo bentar. “Hah?”
“Ah... maksudku, pacar.”
Lova mangap. Terjadi loading di kepala Lova.
Satu....
Dua.......
Tiga........
Empat.......
Lim-
“HAH?!” Lova hampir berteriak histeris, kalau saja ia tidak ingat kalau saat ini mereka hampir melewati ruang guru. “Gue?? Pacaran ama Rico?! Dapet kabar darimana sih??!”
“Hanya analisis semata.” jawab Ao datar. Lova mengerutkan dahinya, “Maksud lo?”
“Kupikir Lofa-san itu gurifurendo  Rico. Karena saat ini Rico sedang menatap kita di pintu kelas dengan tatapan seorang boifurendo  yang sakit hati –dan sepertinya tatapan membunuh- karena telah menangkap basah gurifurendo-nya sedang selingkuh dengan seorang cowok di depan matanya sendiri.”
Lova terdiam, lalu ia menoleh ke arah pintu kelas yang tidak jauh dari mereka. Disana berdiri Rico, dengan wajah merah padam, menatap mereka dengan tatapan marah, kesal, jengkel, sakit hati bercampur jadi satu.
Ao melanjutkan lagi, “Karena aku yakin Rico itu masih normal, jadi tidak mungkin ia punya perasaan padaku, dan tidak ada orang lain disini selain kau, Lofa-san.”
Lova terdiam. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Yah, Lova memang tidak bisa mengelak kalau Rico naksir padanya. Ia juga sudah tahu hal itu. Bahkan seingatnya, Rico sudah me’nembak’nya 35 kali sejak SMP, dan 35 kali juga Lova menolaknya dengan tegas. Banyak yang tercengang saat kabar bahwa Lova menolak Rico menyebar seantero sekolah. Bahkan Nana, Uni, dan Aini mencecarnya dengan barbagai pertanyaan.
“Gue nggak suka sama dia.” Hanya ini alasan yang selalu Lova katakan.
Ia sendiri heran, kenapa dia nggak suka sama Rico yang notabene ‘sempurna’ itu? Yah, kecuali sifatnya yang suka menindas orang. Rico itu udah cakep, tinggi, putih, pinter olahraga, romantis abis, dan kaya pula! Secara tiap minggu dia naik mobil ke sekolah, ganti-ganti merk. Dan semuanya merk terkenal. Udah jelas dong, banyak cewek yang pengen jadi pacarnya Rico. Yah, walau menurut Lova, mereka lebih tertarik pada kekayaan Rico, yang harus ia akui melebihi dirinya. Secara Rico itu putra seorang pengusaha Internasional yang sukses.
Tapi Lova sama sekali tidak tertarik. Bahkan pada kekayaannya sekalipun?
Tidak. Terima kasih.
“Pergilah duluan,” suara Ao membuyarkan lamunan Lova. Ia menoleh ke cowok itu. “Eh?”
“Datangi dia. Jauhkan dia dari pintu. Maksudku, bawa dia pergi dari jarak pandangku. Setiap kali melihatnya, entah kenapa tanganku gatal ingin melakukan hal yang lebih buruk padanya daripada hari pertama aku di sini.” kata Ao sambil tetap berjalan.
Lova terkesiap. “Maksudnya, lo mau menghajar Rico?!”
Wajahnya tetap datar. “Aku tidak bilang ‘ingin menghajarnya’, aku hanya bilang ingin melakukan ‘hal yang lebih buruk’.” Lova menatapnya bingung.
“Wajah memelas dan tidak berdayanya itu benar-benar tontonan yang cukup menarik, kau tahu.” suaranya sangat datar.
Mengerti maksud perkataan Ao, Lova segera menyerahkan berkas yang dibawanya pada Ao, dan bergegas mendatangi Rico. Dari ekspresinya, Lova tahu Rico terkejut saat ia mendatanginya.
“Hai Rico!” Lova tersenyum manis.
Rico tercengang sesaat, lalu menjawab dengan sedikit tergagap, “Eh... h-hai juga Lova...” ia nyengir salah tingkah.
Lova bingung mau ngomong apa. Lalu sebuah ide terlintas di pikirannya. “Ric, lo bisa bantuin gue ngerjain PR fisika ga? Gue ada beberapa soal yang belum nih...” sedikit nada turun, dan ekspresi sedih, dan Rico pun tertipu. Bahkan sepertinya ia melupakan kekesalannya beberapa saat yang lalu.
“Be... beneran nih...?” kata Rico ragu.
Lova mengangguk cepat, “Iya... ayo!” Lova masuk ke kelas dengan sedikit menarik tangan Rico. Oh... itu sungguh momen yang luar biasa membahagiakan bagi Rico. Karena hampir tidak pernah, benar-benar hampir  tidak pernah Lova tersenyum manis dan menyapanya. Biasanya kan dia duluan.... (Author: Haaah~ daku ini memang baik ya... jarang-jarang gue baik ama elo... –ditendang- )
Ao yang melihat kejadian beberapa meter di depannya itu hanya mendengus.
Anak itu unik, kan?”
Suara itu berasal dari atas pohon di dekat jendela. (ruang kelas dengan koridor tertutup, kayak di Jepang. So... you know what I mean, don’t you?)
Ao berhenti berjalan. Ia berada tepat di samping jendela itu. Masih dengan ekspresi datar, ia menjawab pertanyaan si pemilik suara.
“Ya. Unik. Sangat menakjubkan mengetahui bahwa ‘itu’ belum terlepas.”
“Lalu, kenapa tidak dilepas?”
“Aku tidak mau repot-repot melakukannya. Toh ‘itu’ akan terlepas dengan sendirinya, kalau dia sudah menyadari keberadaan ‘itu’.” Ao masih menatap lurus ke depan dengan pandangan menerawang.
Si pemilik suara terkekeh pelan. “Masih acuh seperti biasanya. Yah, sifat seseorang memang tidak bisa berubah dalam sekejap.”
“Berhentilah mengoceh tidak jelas, Ruby.” suara Ao terdengar bosan. “Pesan apa yang kau bawa?”
“Hah, kau memang membosankan ya. Kurasa, ini bukan pesan yang menyenangkan bagimu. Yah, walau bagiku, sangat.” kata Ruby.
Ao menghela napas lelah. “Cepatlah.”
“Ada tanda-tanda ‘mereka’ berada di sini. Belum pasti, tapi ia merasakannya. Walau samar, tapi terasa. Sepertinya ‘mereka’ tidak berhasil menutup Porta Illusia dengan baik.”
Ao membeku. Ternyata perasaan aneh beberapa waktu lalu gara-gara ini. Ini bukan lagi ‘pesan tidak menyenangkan’, tapi ini adalah ‘kabar buruk’. Ao mengambil sesuatu dari saku celananya. Sesuatu berbungkus alumunium, berbentuk kotak, kecil, dan agak pipih. Ia melemparkannya dari jendela ke atas pohon, menuju Ruby.
Srash...
Begitu mendengar suara angin bergesek pelan, Ao berkata dengan nada perintah.
“Sampaikan pesanku padanya: Jangan melakukan tindakan apapun. Jangan sampai melakukan kesalahan sehingga ‘mereka’ mengetahui keberadaan kita. Dan kali ini, turuti kata-kataku.” Ao terdiam sesaat, lalu melanjutkan, “Ruby, aku ingin kau mengawasinya. Jangan sampai dia bertindak gegabah. Dan laporkan padaku bila ia melakukan sesuatu diluar ‘batas’nya.” Ao melirik ke arah pohon, “Sekarang, pergilah.”
Ao bisa melihat Ruby; gagak hitam sebesar elang dan mempunyai mata semerah ruby, membungkukkan badannya, seperti ingin mematuk benda pemberian Ao yang berada di kakinya.
“Yes, My Lord.” dan Ruby melesat terbang ke angkasa.

TbT

Damn.... Gua terlalu sibuk sama tugas sekolah, PR, dan blah blah blah yang lain....
Dan sekarang gua lagi mood drawing art.... Dan itu bikin gua males ngelanjutin story....
Dan brengseknya lagi, gua pending 3 CERITA, ditambah 2 fanfiction. Shit, padahal 2 hari yang lalu gua masih semangat ngelanjutin story Ao itu.

Well, thanks to God and my friends yang udah dengan sudinya membaca hasil print story Ao itu. And the results, gua berhasil bikin 2 lembar MS Word lagi... itu rekor bagi gua.

Kebanyakan cuma baca doank... dan nyuruh-nyuruh gua (lo kira gua mau hah? Mati aja sono.) buat ngelanjutin. Cuma itu. Nggak ada komentar yang berarti.

1 temen gua yang lain, ngasih komentar dengan kesan -yang entah telinga gua yang error atau gua yang lagi badmood- yang terdengar MERENDAHKAN. Oh, perlu gua bold, underline, dan perbesar biar terasa penekanannya? Oke. MERENDAHKAN.

Dia itu... -ARRGH!!- udah dari awal ketemu, gua udah ngerasa di tipe cewek -well, gua yakin lo semua udah tau dari awal- yang SOK-aduhai-lo-imut-banget-sih-udah-gitu-manis-pula-emang-ya-lo-itu-keren-and-gaul-abis-deh.... Ngeliat mukanya aja udah ketahuan dia itu anak MANJA, NGGAK MAU KALAH, dan yang paling penting... CENTIL.

Dan... komentarnya tentang cerita gua?
"Ih masa sih Ao-nya gini, rambut panjang. Ah kayak banci deh..." (sambil memutar bola mata yang sumpah nyolot banget)

Seandainya gua bukan orang yang males nyari ribut... (walaupun gua oke-oke aja klo ada yang ngajak ribut, tapi dengan jaminan nggak ada proses lanjutan dalam arti musti ke kantor BP or what ever....) dia bakal gue semprot dengan kata-kata sadis bin tajam (hasil privat kilat dari internet) saat itu juga.... Kalo perlu dengan ekspresi nyolot juga.

Tapi... sebagai setan bertopeng malaikat kayak gua... /PLAKK

Narator: Err... abaikan saja kalimat di atas (soalnya gue masih pengen idup...)
Author: Awas kalo lo nulis kayak gini lagi.... suka banget sih buka aib orang.. *aura hitam Russia*

Well yeah, gua pun menjawab dengan segenap tenaga meredamkan amarah yang hampir menguar... gua pun menjawab:
"Yah, itu kan cowo cantik gitu... sekalian ntar gue mo bikin dia crossdressing sebagai An. Kan klo rambut merek digerai, mereka ga bisa dibedakan lagi... makanya rambutnya nggak dipotong."
Fuh, jawaban yang lumayan logis klo lo ngerti maksud gua.... Oh, dan rencana gua bikin Ao crossdressing aka nyamar jadi An itu beneran lho... walau gua bingung ntar ceritanya yang gimana....

Cih, dia pikir dia siapa?! Lagian itu komen apa apaan sih?! Ngekritik juga ada batasnya! Gua ngebaca kritikan orang, orang itu ngekritik paling jalan ceritanya, ato kata-kata yang kurang tepat, dia ini malah ngekritik OC gue?! Emang dia dia bisa bikin yang kayak gua apa?? Main komentar ga jelas! Lagian gua juga ga yakin dia bisa bikin cerita kayak gini... ngerjain B. Inggris yang present tense aja kagak bisa, apalagi kayak gini..??? Huh, dasar IQ dibawah semut. (==> kabarnya IQ semut cuma 4.)

Dan oh, hello??? Present tense gitu?? Yang jawabannya pilihan ganda yang cuma terdiri dari is-are-was-were??? Sumpah lo itu bodoh banget ya. *lidah pisaunya kumat*


But, ternyata ada aja temen gue yang seneng dan minta (baca lagi, ME-MIN-TA bukan NYU-RUH) gue untuk ngelanjutin. Dan pendapatnya itu juga, bikin gua termotivasi (dialah yang bikin gua semangat ngelanjutin jadi 2 lembar MS Word itu...) ngelanjutin....


Haah... gua badmood lagi ingat itu.


Ah, kakak gua pulang bawa titipan gua, buku gambar A3. Saatnya ngelanjutin gambar...




Eh, tunggu. Gua ngepost Ao dulu deh 1 chapter.

Oh Yeah! Setelah sekian lama udah ga megang pensil dan buku gambar...
akhirnya insting gambar gua bangkit lagi...! Yeey...! *tabur bunga*
Well, walau sebenernya nyontek dari gambar lain...
tapi masih mending lah... gambar gua masih rada beda... (What's wrong!??)

nih gua post yang paling bagus -nangis terharu-

Inilah gambar yang jadi modelnya... cakep kan? *fangirl mode*


Dan... inilah gambar gua...

Tuh... beda kan? Yah, walau gua amat terharu dengan yang ini...
Gila bagus banget...



Hoh... bener-bener rekor tadi malem... gua bikin 3 gambar dalam semalam....eh ga, 3 setengah, because gua udah selese bikin badannya, tinggal tangan ama finishing touch aja lagi...

WARNING: YAOI CONTENT!
Err... kayaknya gua sekalian aja ya, ngepost satu gambar yang bikin fujoshi nosebleed...


*MIMISAN DENGAN SANGAT*
OH SHIT- DAMN IT- BASTARD- BAGEROU!
OH LIDAHNYA... LIDAHNYA LIDAHNYA LIDAAHNYAAA...!!!! GYAAAAAA!!!
SEPHIROTH LO EMANG PALING T-O-P-B-G-T DALAM HAL BIKIN CLOUD JADI KAYAK GINIII!!!!!!!
GUA GA TAHAN...!!!! GUA HARUS CARI DOUJIN-NYAAAA!!!!
 (ngibrit ke situs Yaoi terdekat dengan aura masochist)


____________________________________________________________________________

Narator: ...... (speechless ngeliat sang Author kabur dengan aura Fujoshi dengan gejala autis)
Narator: .... ah udahlah... ga mau tau gue... lanjut browsing gambar aja ah...

Notes:
Ternyata Narator juga seorang FUJOSHI... tapi dia beraliran berbeda dengan sang Author. Jika sang Author bakalan Nosebleed ngeliat doujin anime/manga+FF dan KH, si Narrator ini bakalan Nosebleed ama yang namanya BL games, sejenis sim dating lah... Apalagi Togainu no Chi dan Afficial Mermaid Silver Chaos 2.... Beh, klo ada yang berani ganggu, jangan harap masih punya nyawa....

(Narrator 2 kabur sebelum dibacok Narrator 1)