~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*
Rabu, 29 September 2010

Daftar Hacker Terbaik Dunia

Well, gua dapet artikel keren nih.

Berikut ini adalah daftar nama hacker terbaik di dunia.Di dalamnya ada Linus Torvalds yang merupakan penemu Linux.

Hacker adalah orang yang mempelajari, menganalisa, dan selanjutnya bila menginginkan, bisa membuat, memodifikasi, atau bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah perangkat seperti perangkat lunak komputer dan perangkat keras komputer seperti program komputer, administrasi dan hal-hal lainnya , terutama keamanan.
Berikut beberapa profile 14 Hacker Terbaik Dunia untuk saat ini :

1. Kevin Mitnick

Kevin adalah hacker pertama yang wajahnya terpampang dalam
poster “FBI Most Wanted”.
Kevin juga seorang “Master of Deception” dan telah menulis buku yang berjudul “The Art of Deception”.
Buku ini menjelaskan berbagai teknik social engineering untuk mendapatkan akses ke dalam sistem.

2. Linus Torvalds
Seorang hacker sejati, mengembangkan sistem operasi Linux yang merupakan gabungan dari “LINUS MINIX”.
Sistem operasi Linux telah menjadi sistem operasi “standar” hacker.
Bersama Richard Stallman dengan GNU-nya membangun Linux versi awal dan berkolaborasi dengan programmer, developper dan hacker seluruh dunia untuk mengembangkan kernel Linux.

3. John Draper
Penemu nada tunggal 2600 Herz menggunakan peluit plastik yang merupakan hadiah dari kotak sereal.
Merupakan pelopor penggunaan nada 2600 Hz dan dikenal sebagai Phone Phreaker (Phreaker, baca: frieker)
Nada 2600 Hz digunakan sebagai alat untuk melakukan pemanggilan telepon gratis.
Pada pengembangannya, nada 2600 Hz tidak lagi dibuat dengan peluit plastik, melainkan menggunakan alat yang disebut “Blue Box”.

4. Mark Abene
Sebagai salah seorang “Master of Deception” phiber optik, menginspirasikan ribuan remaja untuk mempelajari sistem internal telepon negara. Phiber optik juga dinobatkan sebagai salah seorang dari 100 orang jenius oleh New York Magazine.
Menggunakan komputer Apple , Timex Sinclair dan Commodore 64.
Komputer pertamanya adalah Radio Shack TRS-80 (trash-80).

5. Robert Morris

Seorang anak dari ilmuwan National Computer Security Center yang merupakan bagian dari National Security Agencies (NSA).
Pertama kali menulis Internet Worm yang begitu momental pada tahun 1988.
Meng-infeksi ribuan komputer yang terhubung dalam jaringan.

6. Richard Stallman
Salah seorang “Old School Hacker”, bekerja pada lab Artificial Intelligence MIT.
Merasa terganggu oleh software komersial dan dan hak cipta pribadi.
Akhirnya mendirikan GNU (baca: guhNew) yang merupakan singkatan dari GNU NOT UNIX.
Menggunakan komputer pertama sekali pada tahun 1969 di IBM New York Scintific Center saat berumur 16 tahun.

7. Kevin Poulsen

Melakukan penipuan digital terhadap stasiun radio KIIS-FM, memastikan bahwa ia adalah penelpon ke 102 dan memenangkan porsche 944 S2.

8. Ian Murphy
Ian Muphy bersama 3 orang rekannya, melakukan hacking ke dalam komputer AT&T dan menggubah seting jam internal-nya.
Hal ini mengakibatkan masyarakat pengguna telfon mendapatkan diskon “tengah malam” pada saat sore hari, dan yang telah menunggu hingga tengah malam harus membayar dengan tagihan yang tinggi.

9. Vladimir Levin
Lulusan St. Petersburg Tekhnologichesky University.
Menipu komputer CitiBank dan meraup keuntungan 10 juta dollar.
Ditangkap Interpol di Heathrow Airport pada tahun 1995

10. Steve Wozniak
Membangun komputer Apple dan menggunakan “blue box” untukkepentingan sendiri.

11. Tsutomu Shimomura

Berhasil menangkap jejak Kevin Mitnick.

12. Dennis Ritchie dan Ken Thomson
Dennis Ritchie adalah seorang penulis bahasa C, bersama Ken Thomson menulis sistem operasi UNIX yang elegan.

13. Eric Steven Raymond
Bapak hacker. Seorang hacktivist dan pelopor opensource movement.
Menulis banyak panduan hacking, salah satunya adalah: “How To Become A Hacker” dan “The new hacker’s Dictionary”.
Begitu fenomenal dan dikenal oleh seluruh masyarakat hacking dunia.
Menurut Eric, “dunia mempunyai banyak persoalan menarik danmenanti untuk dipecahkan”.

14. Johan Helsingius

Mengoperasikan anonymous remailer paling populer didunia.

Huaaah... akhirnya nemu jugaa...!! Nyari kemana-mana.... Tapi masih sedikit yang pake pengertian... Haah...

1. Bahasa Pemrograman HTML
HyperText Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web dan menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah browser Internet.
HTML saat ini merupakan standar Internet yang didefinisikan dan dikendalikan penggunaannya oleh World Wide Web Consortium (W3C).
HTML berupa kode-kode tag yang menginstruksikan browser untuk menghasilkan tampilan sesuai dengan yang diinginkan.
Sebuah file yang merupakan file HTML dapat dibuka dengan menggunakan browser web seperti Mozilla Firefox atau Microsoft Internet Explorer.

2. Bahasa Pemrograman PHP
PHP adalah bahasa pemrograman script yang paling banyak dipakai saat ini.
PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Pada waktu itu PHP masih bernama FI (Form Interpreted), yang wujudnya berupa sekumpulan script yang digunakan untuk mengolah data form dari web.
PHP banyak dipakai untuk membuat situs web yang dinamis, walaupun tidak tertutup kemungkinan digunakan untuk pemakaian lain.
PHP biasanya berjalan pada sistem operasi linux (PHP juga bisa dijalankan dengan hosting windows).

3. Bahasa Pemrograman ASP
ASP adalah singkatan dari Active Server Pages yang merupakan salah satu bahasa pemograman web untuk menciptakan halaman web yang dinamis.
ASP merupakan salah satu produk teknologi yang disediakan oleh Microsoft.
ASP bekerja pada web server dan merupakan server side scripting.

4. Bahasa Pemrograman XML
Extensible Markup Language (XML) adalah bahasa markup serbaguna yang direkomendasikan W3C untuk mendeskripsikan berbagai macam data.
XML menggunakan markup tags seperti halnya HTML namun penggunaannya tidak terbatas pada tampilan halaman web saja.
XML merupakan suatu metode dalam membuat penanda/markup pada sebuah dokumen.

5. Bahasa Pemrograman WML
WML adalah kepanjangan dari Wireless Markup Language, yaitu bahasa pemrograman yang digunakan dalam aplikasi berbasis XML (eXtensible Markup Langauge).
WML ini adalah bahasa pemrograman yang digunakan dalam aplikasi wireless.
WML merupakan analogi dari HTML yang berjalan pada protocol nirkabel.

6. Bahasa Pemrograman PERL
Perl adalah bahasa pemrograman untuk mesin dengan sistem operasi Unix (SunOS, Linux, BSD, HP-UX), juga tersedia untuk sistem operasi seperti DOS, Windows, PowerPC, BeOS, VMS, EBCDIC, dan PocketPC.
PERL merupakan bahasa pemograman yang mirip bahasa pemograman C.

7. Bahasa Pemrograman CFM
Cfm dibuat menggunakan tag ColdFusion dengan software Adobe ColdFusion / BlueDragon / Coldfusion Studio.
Syntax coldfusion berbasis html.

8. Bahasa Pemrograman Javascript
Javascript adalah bahasa scripting yang handal yang berjalan pada sisi client.
JavaScript merupakan sebuah bahasa scripting yang dikembangkan oleh Netscape.
Untuk menjalankan script yang ditulis dengan JavaScript kita membutuhkan JavaScript-enabled browser yaitu browser yang mampu menjalankan JavaScript.

9. Bahasa Pemrograman CSS
Cascading Style Sheets (CSS) adalah suatu bahasa stylesheet yang digunakan untuk mengatur tampilan suatu dokumen yang ditulis dalam bahasa markup.
Penggunaan yang paling umum dari CSS adalah untuk memformat halaman web yang ditulis dengan HTML dan XHTML.
Walaupun demikian, bahasanya sendiri dapat dipergunakan untuk semua jenis dokumen XML termasuk SVG dan XUL.
Spesifikasi CSS diatur oleh World Wide Web Consortium (W3C).








Low level language atau bahasa tingkat rendah adalah bahasa pemrograman yang mirip dengan bahasa manusia yang disingakat. Misalnya untuk instruksi LOAD AND JUMP ini ditulis LNJ.  Bahasa seperti ini disebut dengan bahasa ASSEMBLER.
High level language  atau bahasa tingkat tinggi adalah bahasa pemrigraman yang mendekati dengan bahasa manusia.  Menurut sejarhnya bahasa tingkat tinggi adalah sebagai berikut:
Bahasa FORTRAN
FORTRAN adalah singkatan dari Formula Translation(penterjemah rumus). FORTRAN diciptkan pada tahu 1957 oleh John Backbus dari IBM.  Bahasa ini merupakan bahasa tingkat tinggi pertama yang dibuat.
FORTRAN sangat popular di kalangan perguruan tinggi dan meruoakan bahasa andalan para dosen dam mahasiswa. Insruksinya yamg biasa disebut ‘keyword’ berjumlah tidak cukup 20 buah sehingga mudah dipelajari. Instruksinya antara lain : DIMENSION, COMPLEX, CHARAACTER, WRITE, READ, FORMAT, DO/CONTINUE, IF, GO TO, PAUSE, END.
Bahasa COBOL
COBOL  adallah singkatan dari Common Bussines Oriented Language yang berarti bahasa yang cenderung ke bisnis umum. Dari namanya terlihat bahwa COBOL memang diciptkan untuk keperluan bisnis umum (administrasi). Timbulnya COBOL adalahkeingina kaum pebisnis  untuk mendapatkan bahas sendiri. Dengan inisiatif dari Badan Perthana Amerika Serikat diciptkan bahasa yang ampuh untuk persoalan- persoalan administrasi pada tahun 1960.
COBOL  disempurnakan teru menerus, naming tetap memakai nama COBOL. Personal computer (PC) atau computer pribadi juga merupakan penyempurnaan COBOL. Beberapa instansi, terutama yang mengelola data yamg cuku banyak sampai saat ini masi menggunakAN bahasa ini.
Bahasa BASIC
BASIC adalah singktan dari Beginner’s All Purpose Symbolic Instruction Code atau kode instruksi yang disimbolkan untuk segala tujuan bagi pemula.
Kedua bahasa tingkat tinggi yang terdahulu , yaitu FORTRAN dan  COBOL masi dianggap sulit untuk orang yang baru belajar saat itu. Oleh karena itu, kalangan perguruna tinggi menciptkan bahasa yang dapat dipakai untuk pemecahan soal sains dan teknologi, tetapi juga untuk keperluan administrasi bisnis (administrasi). Dengan demikin mucullah bahasa BASIC yang memenuhi harapan itu. Bahasa ini kaya akan instruksi-instruksi dasar dan instruksi tambahan sehingga juga dapat dipakai sebagai hiburan yang dilengkapi dengan suara dan gambar.
Bahasa PASCAL
Bila bahasa-bahasa sebelumnya lahir di Amerika, maka bahasa PASCAL lahir di Eropa yaitu di Swiss oleh Profesor Niklaus Wirth dari Technical University di Zurich. Nama PASCAL diambil dari nama seorang ahli matematik  dan  philosophi terkenal pada abad 17 dari Prancis. Namanya diambil sebagai pengharggaan atas dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan. Sampai sekarang ada beberapa versi dari bahasa PASCAL  diantaranya UCDS(University Of California at San Diego Pascal, Standard Pascal, MT + Pascal, dan Turbo Pascal.

Menurut tingkat kedekatannya dengan mesin komputer, bahasa pemrograman terdiri dari:
  1. Bahasa Mesin, yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode bahasa biner, contohnya 01100101100110
  2. Bahasa Tingkat Rendah, atau dikenal dengan istilah bahasa rakitan (bah.Inggris Assembly), yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode-kode singkat (kode mnemonic), contohnya MOV, SUB, CMP, JMP, JGE, JL, LOOP, dsb.
  3. Bahasa Tingkat Menengah, yaitu bahasa komputer yang memakai campuran instruksi dalam kata-kata bahasa manusia (lihat contoh Bahasa Tingkat Tinggi di bawah) dan instruksi yang bersifat simbolik, contohnya {, }, ?, <<, >>, &&, ||, dsb.
  4. Bahasa Tingkat Tinggi, yaitu bahasa komputer yang memakai instruksi berasal dari unsur kata-kata bahasa manusia, contohnya begin, end, if, for, while, and, or, dsb.
Sebagian besar bahasa pemrograman digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Tinggi, hanya bahasa C yang digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Menengah dan Assembly yang merupakan Bahasa Tingkat Rendah.




Selasa, 21 September 2010

Choose One!

Oke, pilih gambar doujin yang mana?? Cloud or Vincent?? Yang pasti ini versi Crossdressing lho...~

Vincent... uhh~ pahanya bikin ngiler...

Oh! versi lengkapnya... Yah, ini gara-gara Vincent kalah main kartu sih...




Dan inilah versi Cloud anak Gakuen!


Dan... ini versi yang bikin gua mimisan... by doujinka KIKI





dan ini versi lengkapnya... GRRR!!! GUA KAGA RELAAA!! SEPHIROTH BR******!!!!!! GUA KEBIRI JUGA LOE!!! -mencak-mencak-



Ugh! -crot crot crots- si...sialan.... Ta-tapi... gua maafin deh lo Sephy.... karena elo udah berhasil bikin Cloud berekspresi begitu... ugh... -brukk-


Kebayang nggak klo seorang VINCENT VALENTINE seperti yang di atas itu...
CROSSDRESSING SEPERTI DI BAWAH INI?!



*CRUOTTSS* Oh tidak... gue mimisan...
Wew... Kakinya mantep euy! Bening banget~ *Om-om mode on* Ah~ pahanya... mulusnye....
-brukk- *tepar kehabisan darah*

Minggu, 19 September 2010

Aww... Vincent X OC (Saffira) !

Gua browsing di FFn, dan dapet fic keren! judulnya "Believe, Final Fantasy 7 Story: One", dengan author AlexanderiteWaterAngel... aw... keren banget dah!
Gue saranin yang suka ama Final Fantasy VII, baca ini. Beh, gue nungguin lanjutannya yg story two nih...


Ceritanya disini, bakal ada OC, yang mana adalah kita. Jadi klo baca fic ini, serasa kita ikut masuk ke dalam pertualangannya, berinteraksi ama chara-chara FF7! Huaaa.... apalagi sama Cloud and Vincent! XDD


Nih potongan ceritanya:


"Chapter 1: Long Journey









Okie dokie, ini bisa dibilang cerita FF 7 yang aku copy dari skenarionya, yeah, ada yang aku potong, tambahin dan yah, lihat sendiri deh. Maaf, tapi cerita ini khusus untuk cewek.
Ini kamu...
Nama: Shaffira (Diambil dari Sephiroth dan Sapphire)
Umur: sama kaya Sephiroth, tapi kelihatan seperti 18 tahun.
Senjata: rantai
Gender: cewek pastinya.
Looks: Rambut perak dengan panjang yang sama seperti punya Yazoo di Advent Childern hanya saja dikuncir kuda (mengikuti jalan cerita nanti rambutmu digerai). Tinggimu 168. Matamu hijau sama seperti Sephiroth.
Clothes: Atasan sama seperti Rikku FFX, tapi berwarna biru langit. Bawahannya seperti celana hitam Tifa di Advent Childern tapi tanpa jubahnya dan berwarna biru laut dalam. Memakai sepatu yang sama dengan Tifa Advent Childern.
Personality: sikapmu dingin tapi tidak terlalu dingin seperti Cloud, dan masih bisa untuk cerewet. Kamu membenci segala yang berbau Shinra. Kamu suka berbohong untuk menutupi jati diri dan tujuanmu yang mencari Sephiroth.
Past: Kamu adik kembar Sephiroth, Hojo tidak mengetahuinya karena Lucretia (Ibu kandung Sephiroth dan kamu) menyembunyikan kamu karena tidak ingin kamu juga menjadi objek percobaan Hojo. Tidak seperti Sephiroth yang terkena Jenova Cell penuh, kamu hanya terkena sedikit. (jadi efeknya kayak Cloud pas lagi mimpi, dia kan dengar suara orang bicara gitu), walaupun begitu itu, kamu juga seperti Vincent, yaitu memiliki tubuh abadi yang tidak bisa mati setelah berumur 7 tahun. Dan pertumbuhan berhenti ketika umur 18 tahun. (tampangmu tidak berubah, tetap seperti anak 18 tahun). Jadi kamu sudah lupa berapa umurmu yang sebenarnya. Kamu mengetahui segala cerita tentang Ibumu, Sephiroth, juga segala tentang Jenova dari orang yang mengasuhmu yang diperintahkan Lucretia menceritakan segalanya padamu saat berumur 7 tahun, dan setelah itu kamu mulai mencari Sephiroth. Kamu juga mengenal prof. Gast dan Ifalna (ayah dan ibu Aeris), dan mengetahui lebih banyak tentang Jenova juga Sephiroth, tapi kamu tidak tahu kalau Aeris anak mereka karena Aeris belum lahir ketika kamu bertemu mereka, dan meninggalkan mereka 2 bulan sebelum Aeris lahir. Dan kamu juga tidak tahu kalau Hojo adalah ayahmu, karena pengasuhmu tidak memberitahumu atas perintah Lucretia."



Dan ini potongan yang paling gue suka:


Pas ketempat Don Corneo


"Dasar payah..." Kamu melepas gaunmu dan dibalik itu kamu memakai baju biasa.
Don tersentak mundur. "Ya ampun!"
Kalian mengelilingi Don yang terduduk di tempat tidur, ia terlihat takut. "Kalian..."
"Tutup mulut!" Bentak Tifa, lalu ia menatap Cloud, Cloud mengangguk dan Tifa berpaling pada Don. "Kami akan mengajukan pertanyaan. Info apa yang diperoleh orang-orangmu? Sekarang bicara! Kalau tidak..." Tifa tidak melanjutkan kata-katanya.
"Aku potong..." Sambung Cloud, ia mengangkat kakinya ke atas tempat tidur.
Don terlonjak. "Jangan! Jangan! Aku akan bicara! Aku akan katakan semuanya!"
"Ayo, mulai!" Perintah Tifa.
"Aku menyuruh mereka mencari di mana lelaki bersenapan itu berada. Aku mendapat perintah begitu." Kata Don.
"Siapa yang memberimu perintah?" Tanya Tifa
Don menggeleng. "Tidaaaaak! Kalau aku bilang, aku bisa dibunuh!"
"Bicara! Kalau tidak..." Tifa mengulang.
"... Aku tarik sampai putus!" Aeris mengangkat kakinya ke atas tempat tidur.
"Waaaaaakh! Heidegger dari Shinra! Heidegger, kepala kemasyarakatan Shinra!" Teriak Don kemudian.
"Kepala keselamatan masyarakat?" Cloud mengerutkan dahinya.
"Shinra, katamu? Apa rencana mereka? Jawab! Kalau tidak..."
"Aku cincang..." Katamu sambil mengangkat kakimu ke atas tempat tidur.





"Kau serius ya... Oh, ampun, ampun, ampun... Aku juga nggak main-main. Shinra hendak menghancurkan sekelompok kecil pemberontak yang di sebut AVALANCHE dan ingin menyerbu persembunyian mereka... menghancurkan mereka... secara harafiah." Kata Don.
"Secara harafiah bagaimana? Jawab! Kalau tidak..." Tifa melakukan hal yang sama seperti kamu dan yang lain. "Aku bikin remuk." Lanjutnya.

Pas Cloud dkk ketangkep






"Jangan... bercanda...!" Kamu melemparkan rantaimu ke arah Turks itu, ia melompat cepat dan langsung berada di belakangmu.
"Maaf, tapi aku harus melakukan ini." Ia memukul tengkukmu dan selanjutnya yang ada hanyalah gelap...
"Siapa yang ingin menemuimu?"
"Itu pertanyaanku..."
"Kau pikir dia siapa?"
"Entah..."
"Aku berharap kau tidak tahu apa-apa..."
"Apa maksudmu?"
"Cloud dan..."
Kamu membuka mata dan merasakan sinar yang menyilaukan menerpamu. 'Di mana aku?' Pikirmu. Kamu bangkit dan terduduk di tempat tidur yang kamu tempati, seluruh ruangan berwana putih. Matamu memandang sekeliling dan menangkap sebuah tulisan Shinra. Kamu langsung menunduk dan tanganmu menggenggam kuat. 'Sial, aku tertangkap dan sekarang ada di Shinra Building!'
Kamu mendengar pintu terbuka, seorang pemuda berambut pirang dengan pakaian putih masuk ke dalam ruangan sendirian. "Ternyata kau sudah sadar, Shaffira..."
Kamu langsung membuang muka, kamu mengenal orang itu. Dia adalah Rufus Shinra, anak presiden Shinra yang menjabat sebagai wakil presiden. "Apa maumu, Rufus?"
Rufus tersenyum, senyum yang menurutmu sangat menyebalkan. "Begitukah caramu menyapa orang yang menolongmu lima tahun yang lalu?"
Tanpa memandangnya kamu menjawab, "Itu masa lalu!"

Flash Back





"Nii-san!" Kamu berteriak melihat Sephiroth tercebur dalam kolam Mako. Air matamu keluar dan kamu menahan tangis dengan menutup mulutmu, kamu pun jatuh terduduk.
"Se...phi...roth... Ugh..." Kamu mendengar suara prajurit Shinra itu, ia roboh. Kamu memandangnya dari atas dengan tidak percaya, kamu tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Tapi kamu tidak peduli, yang kamu pikirkan hanyalah Sephiroth.
Kamu tidak tahan lagi dan akhirnya kamu keluar dan ke Nibelheim lagi. Di sana kobaran api sudah tidak tampak, yang ada hanya puing rumah yang hitam juga berasap.
"Wow... Ini memang gila... Satu desa habis semua kecuali Shinra Mansion."
"Kita harus ke Mako Reactor..."
Kamu mendengar suara orang-orang di dekat Shinra Mansion, di sana beberapa orang berpakaian jas resmi hitam berkumpul.
Kamu tertegun. "Kenapa Turks ada di sini?" Kamu mengetahui mereka dari surat kabar dan mereka memang terkenal sebagai pasukan khusus Shinra yang paling unggul.
Gumamanmu terlalu keras sehingga semua menoleh ke arahmu.
"Hei, ada yang selamat rupanya. Bagaimana ini, Tseng? Maksudku, ketua?" Ujar Turks yang berambut merah.
Tseng, orang yang ditanya memandangmu. "Siapa kau? Kau penduduk di sini?"
Kamu menggeleng dan mundur beberapa langkah. 'Mereka kenapa di sini? Dan kenapa aku takut?'
"Ada apa denganmu?" Tanya si rambut merah sambil berjalan ke arahmu.
"Khu...khu...khu... Ia bisa jadi bahan percobaanku, dan kita bisa jadikan ia Soldier." Suara yang aneh dan mengerikan datang bersama seorang ilmuwan aneh yang bekaca mata.




"Hei, pak tua, maksudku, Profesor Hojo, dia itu wanita." Si rambut merah berpaling padanya. "Eh..." Ia berpaling lagi kepadamu ketika melihat Prof. Hojo menunjukkan tangannya ke arah senjata di pinggangmu. "Rantai?"
"Ya, ia seorang petarung. Lagi pula Turks juga ada yang wanita kan?" Kata Prof. Hojo sambil memandang dengan senyuman aneh ke arah Turks wanita berambut pirang (bukan Elena, ingat yang di Before Crisis, lagi pula pada saat ini Elena belum bergabung).
'a... prof. Hojo... dia... yang membuat Nii-san jadi...' Kamu tersentak dan mundur beberapa langkah lagi dengan keringat dingin yang mengucur, mendadak kamu tidak ingat bagaimana untuk bertarung dengan menggunakan rantaimu.
"Tangkap dia!" Perintah Prof. Hojo.
"Aku tidak menuruti perintah darimu, Prof. Hojo." Ujar si rambut merah.
"Reno..." Panggil Tseng.
Si rambut merah berpaling pada Tseng. "Apa?"
"Kita juga diperintahkan untuk menuruti kata-kata Prof. Hojo, ini perintah dari presiden." Ujar Tseng.
Reno terkejut. "Apa? Aku tidak pernah dengar!"
"Apa kau tidak membaca pesan yang ada di meja?" Tanya Turks berkepala botak.
Turks yang berambut juga merah tapi pendek tersenyum. "Tampaknya tidak, iya kan, Cecill?" (namanya aku yang buat karena hero cewek dan cowok di Before Crisis tidak punya official name)
Turks yang wanita mengangguk. "Ya, karena aku sudah membuangnya... " Katanya dengan santai. "Kau kan yang menyuruhku untuk mengerjainya, Heiren?"
Heiren tertawa kecil. "Yeah..."
"APA!" Reno berteriak.
"Itu tidak penting sekarang." Potong Cecill. "Kita harus menangkapnya, benar kan? Prof. Hojo?"





Prof. Hojo mengangguk. Seketika itu Heiren menghampirimu. Kamu memejamkan mata berusaha mengingat cara menggunakan rantaimu. Ketika Heiren akan meraih tanganmu kamu langsung mencabut rantaimu.
"Heiren! Awas!" Teriak Cecill.
Kamu mengayunkan rantaimu dan menyentakkannya, Heiren terkejut dan menghindar. "Wah, tampaknya ia petarung tangguh."
"Menjauh!" Teriakmu.
Kamu mengayunkan rantaimu lagi ke arah Heiren, Heiren melompat dan rantaimu menghantam keras tanah dan membuatnya retak.
"Geez..." Reno memandangmu takjub. "Benar-benar kuat. Tampaknya kita harus bekerja sama Heiren."
Heiren mengangguk. "Memang..." Ia terdiam sesaat, namun dengan cepat ia menerjangmu sambil mengayunkan tongkatnya. Kamu melompat mundur dan menyentakkan rantaimu ke arahnya.
"Hyaaah!" Reno sudah ada dibelakangmu sambil memukulkan tongkatnya. Kamu menunduk, memutar badanmu dan menendang Reno telak sehingga ia terlempar.
Belum sempat kamu mengambil nafas kamu harus melompat menghindari tembakkan handgun dari Cecill diikuti serangan bertubi-tubi dari Heiren. Kamu menghindarinya dengan kualahan.
"Rude, sekarang!" Teriak Cecill.
Si botak mengangkat tangannya, dan megumamkan mantra. "Quake!" Teriaknya.
Tanah dibawahmu berguncang dan batu-batu berterbangan menerjang tubuhmu. Kamu tidak sempat menghindar, batu-batu itu melukai tubuhmu cukup parah. (Anggap levelmu baru 3 deh...)
Rantaimu terlepas dari tanganmu. Setelah tanah berhenti beguncang dan batu-batu berhenti menyerang, kamu jatuh terduduk dengan nafas terengah.
"Harusnya kau menyerah dari tadi." Gerutu Reno sambil bangkit dan memegangi perutnya yang terkena tendanganmu.
'Mana mau aku begitu.' Setelah itu kamu roboh.


Pas mo battle ama Rufus Shinra waktu P.Shinra mati






"Rufus! #$$! Aku melupakannya!" Maki Barret.
"Siapa itu?" Tanya Tifa.
"Wakil presiden Rufus. Anak laki-laki presiden." Jawab Barret.
Cloud mengejar Palmer dan disusul kamu dan yang lainnya. Di balkon, Rufus sudah berdiri dan Palmer berbicara padanya.
"Jadi... Jadi Sephiroth memang di sini..." Ujar Rufus lalu berpaling pada kalian. "Ngomong-ngomong..." Ia memandang kalian semua dan Palmer segera melarikan diri ke helikopter. "Siapa kalian?" Tanyanya.
"Aku Cloud, mantan SOLDIER First Class!"
"Aku dari AVALANCHE!" Ujar Barret.
"Aku juga!" Sahut Tifa.
"...Gadis penjual bunga dari daerah kumuh." Sambung Aeris.
"Spesimen penelitian." Red menggoyangkan ekornya.
"...Seorang pengelana..." Kamu memalingkan wajah dengan malas.
Rufus memandangmu sejenak lalu mengangkat bahu. "Kelompok aneh..." Komentarnya. Dia mengusap rambutnya. "Yah, Aku Rufus. Presiden dari Shinra, Inc."
"Kau jadi presiden hanya karena ayahmu tewas!" Maki Barret.
"Itu benar. Sekaligus aku akan membiarkanmu mendengar pidato pengangkatanku..." Ia memandang Cloud lalu melewati Tifa. "Ehm... Orang tua mencoba mengontrol dunia dengan uang. Sepertinya berhasil. Masyarakat berpikir bahwa Shinra akan melindungi mereka." Ia berjalan melewati Aeris. "Bekerja di Shinra, dapatkan uang. Jika teroris menyerang, pasukan Shinra akan menolong kalian. Dari luar keliahatannya sempurna."
Kamu melihat ia berjalan menghampirimu dan terhenti di depanmu. "Tapi caraku berbeda. Aku akan mengontrol dunia dengan rasa takut. Aku tidak akan melakukannya seperti ayahku."





Rufus tersenyum tipis dan memandangmu tajam, lalu berjalan kembali lagi ke depan kalian. "Sedikit rasa takut akan mengontrol pikiran orang awam. Tidak perlu buang-buang uang untuk orang-orang seperti mereka." Ujarnya.
Suasana sunyi sesaat.
(Anime sweat drop) "Dia suka berpidato sama seperti ayahnya." Keluh Tifa.


Yang ini... waw. Setelah ketemu Hojo di pantai.






"Tidak... Yang ingin kutanyakan, makhluk apa Jenova itu?" Matamu berkilat tajam menatap ilmuwan tua itu.
Hojo tertawa kecil. "Dia..." Lalu bergumam tidak jelas.
Kamu kesal dan menarik rantaimu. "Katakan dengan jelas!"
"HAHAHAHA!" Hojo tertawa keras. "Sudah kuduga aku harus menjadikanmu SOLDIER. Setelah kau pergi aku diizinkan 'membuat' SOLDIER wanita, dan sudah banyak yang menjadi SOLDIER. Mereka SOLDIER yang tangguh. Kalau saja aku masih di Shinra, mungkin kau akan kujadikan SOLDIER dengan kadar Mako yang banyak."
"..." Kamu terdiam dan masih dalam posisi menyerang.
"Mereka terkumpul dalam Elite Soldier, Deep Ground SOLDIER. SOLDIER wanita yang paling tangguh saat ini adalah Shelkie dan Rosso. Kalau aku tarungkan kau dan mereka berdua, mungkin kaulah yang menang, aku melihat potensi SOLDIER yang besar dari mata hijaumu."
Sraing! Kamu menarik dan menyimpan kembali rantaimu, berbalik dan melangkah meninggalkan Hojo.
"Satu lagi."
Kamu terhenti dan mendengarkan kata-katanya.
"Mungkin kau bisa setara dengan Sephiroth." Hojo tertawa keras.





Kamu sudah tidak peduli, kamu melangkah keluar dari pantai menuju kota.
"Shaffira..." Seseorang menghampirimu. Matamu bertemu dengan mata Cloud. "Tidak apa-apakah?" Tanyanya.
"Tidak..."
"Wajahmu tidak bilang begitu..."
"Sejak kapan kau jadi perhatian?"
Cloud terdiam.

Cloud's Pov
"Sejak kapan kau jadi perhatian?" Tanya Shaffira dengan wajah sendunya.
Aku terdiam. Apa yang harus kujawab? Kenapa juga aku begitu memperhatikannya. Tapi, rasanya aku sudah mengenalnya sejak lama. Aku memandang matanya yang hijau seperti Sephiroth, mata yang kubenci tapi juga membuatku terpesona dengan kekuatan hebat yang sepertinya ada di dalamanya.
"Aku peduli padamu..."
Your Pov
"Aku peduli padamu..." Jawab Cloud setelah terdiam agak lama.
"Karena aku mungkin masih ada hubungannya dengan Sephirtoh?"
Cloud terdiam lagi. Ia menghela nafas dengan berat. "Terserah kau mau bilang apa... Tapi aku..."
"Sing a song for you now... And night gone..."
 Ngiiiing... Suara dengungan keras seperti masuk ke dalam telingamu, kamu tidak bisa mendengar Cloud yang masih mengoceh.
"Whenever it will shiny by moonlight..."
Dengungannya terasa semakin keras dan membuat kepalamu sakit. 
"Call me through my dream, anguish came with me."



"?" Kamu menutup kedua telingamu dengan kedua belah tanganmu, berniat untuk menghilangkan suara itu tapi tampak sia-sia, suara itu makin keras.
"Did you see my dream? Thanatos was with me." 
Lagi, lagi dan lagi...
"Hal itu hanyalah..." Cloud menoleh ke arahmu. "Shaffira! Kau baik-baik saja?"
"You'll find me in fears." 
"Ahhh!" Kamu memekik tertahan karena tidak tahan dengan suara itu.
Cloud terlihat panik dan menahanmu yang akan terjatuh. "He-hei Shaffira!"
"Tidak..." Kamu tetap menutup telingamu. "Ukh..."
"And all of scream." 
Suara itu tergiang lebih keras. Dengungan yang terdengar menyakitkan.
"C...Cloud..." Kamu mencengram lengan Cloud. "To...tolong aku..." Matamu membelak tertahan, air matamu keluar tanpa disangka.
Cloud terlihat panik walau ia terdiam. Keringat membasahi wajahnya, ia masih tetap memapahmu. "Bertahanlah Shaffira!" Ia menarik lenganmu ke pundaknya dan menggendongmu di punggungnya.
Kamu tidak peduli, yang kamu pedulikan hanyalah rasa sakit kepalamu. Cloud berlari menuju penginapan sambil menggendongmu. Begitu sampai dia langsung meneriakkan nama Tifa agar membantunya.
Tifa datang dan langsung menyuruh Cloud agar membaringkanmu ke tempat tidur. Cloud mematuhinya, ia melaksanakan perintah Tifa.
"So... What will you do?"
"He...hentikan!" Teriakmu sambil memegangi kepalamu. Dengungannya semakin menjadi-jadi.
"Shaffira!" Aeris datang dan langsung meraih tanganmu.









Kamu menatap gadis itu dengan nafas terengah. Aeris tengah menggenggam tanganmu dengan kedua tangannya, ia memejamkan matanya seperti sedang memanjatkan doa. Seketika itu, cahaya hijau keluar dari tangannya dan merambat ke tanganmu, merasuk ke tubuh dan jiwamu.
Cahaya itu terasa sangat lembut dan menyejukkan. Perlahan... dengungan yang mengganggumu menghilang, kamu merasakan ketenangan, dan akhirnya jatuh tertidur.

Waktu Yuffie mencuri materia...







"Anak itu... !" Kamu memeriksa bracelet, senjatamu dan tali gantung materia di pakaianmu. "Materiaku hilang!"
"Ey... Di mana anak kurang ajar itu...?" Cid menoleh sana-sini.
"Entah... Materiaku juga hilang." Kata Vincent.
Kamu geram, kesal, marah. Semuanya bercampur aduk. "Anak itu! Bermain-main dengan orang dewasa ya! Anak kurang ajar! Awas saja nanti! Dia pasti ke Wutai! Cloud! Apa Summon Materianya juga hilang?"
Cloud mengangguk takut-takut. "I... Iya..."
"SIALAN! Ayo kita kejar anak nakal itu! Kita harus mendapatkan materianya kembali!" Kamu melangkah dengan langkah yang berdebum kesal.
"Aku tidak tahu dia bisa begitu..." Heran Cloud sambil memandangmu dari jauh.
"Gadis itu memangnya sudah berumur berapa menyebut dirinya dewasa?" Tanya Cid.
"... Baru kali ini dia mengamuk?" Vincent juga memandangmu dengan aneh.
"Entah..." Cloud juga menatapmu aneh.
Kamu sadar mereka hanya diam, lalu berbalik. "Sampai kapan kalian mau di situ? Ayo kita ke Wutai!"


(Skip...)







"Mengesalkan!" Kamu menjatuhkan diri di atas kasur. '... Materia yang lain tidak penting... Tapi... Materia yang itu...' Lalu kamu memejamkan mata.
Beberapa menit kemudian.
"... Shaffira..." Suara Vincent.




Kamu membuka mata dan melihat sepesang mata merah dan langsung tersentak bangun. "Wahh!"
"Duakk!" Kepalamu beradu dengan kepala Vincent.
"Wadaw...!" Kamu mengaduh, lalu memutar kepalamu ke arah Vincent yang memegangi dahinya. "Ah! Maaf, Vincent!"
"... Tidak apa-apa..." Jawabnya.
"Kau ini..." Cid anime sweat drop bersama Cloud.
"Ketiduran ya, Shaff?" Tanya Cloud.

Pas di Penginapan... yang Cloud jadi pemain drama mendadak

Vincent terlihat agak tidak peduli, ia menghampiri Cid. "Hei, Cid, lekas kita ke kamar..." Ajaknya, namun ia langsung terdiam ketika melihat Cid yang sudah tertidur pulas di kursi besar yang nyaman. Dengkurannya sampai terdengar.
Akhirnya malam yang sebenar-benarnya tiba. Aeris, Yuffie, Tifa sekamar. Barret, Cait Sith, Red XIII ada di kamar sebelahnya. Kamu bersama Vincent dan Cid. Cloud hanya sendiri. Tadinya Barret bersama Vincent dan Cid. Tapi karena Barret tidak memperbolehkanmu tidur bersama hewan (?), akhirnya dia mengalah untuk tidur bersama Cait Sith dan Red.
"Seorang gadis tidur bersama hewan? Jangan bercanda! Aku punya anak perempuan! Dan aku tidak rela kalau dia diperlakukan seperti itu!" Itu kata Barret.
"Lalu apa hubungannya?" Kamu bertanya.
"Kalau kau anakku aku tidak akan membiarkanmu! Jangan $# protes lagi!" Dan Barret malah keluar, tapi sebelum itu ia berteriak pada Cid dan Vincent. "Kalian jangan macam-macam padanya yah!"
"& Kau kira aku ini apa?" Balas Cid dan Vincent hanya membisu.
Kamu hanya mengangkat bahu. Kamu hanya mengira-ngira, mungkin Barret menganggapmu sebagai anak atau apa. Atau mungkin juga ia agak terpengaruh kalimat pemilik penginapan di Costa Del Sol dulu.
"Huff..." Kamu menjatuhkan diri ke tempat tidur. "Lelahnya..."
"Aku ngantuk. Aku akan tidur, kalian jangan berisik ya!" Kata Cid, ia menjatuhkan diri ke tempat tidur dan beberapa detik kemudian terdengar dengkurannya.
"..." (Anime sweat drop) "Yang berisik itu siapa...Dan cepat sekali dia langsung tidur..." Kamu memandangi Cid yang memilih tempat tidur paling pojok dekat jendela.
'Sudah lama tidak tidur di tempat yang nyaman lagi...' Kamu memejamkan mata.
"Shaffira..."
Mendengar suara Vincent menyebutkan namamu, kamu langsung membuka mata. Lagi-lagi kamu menemukan mata merah, karena kamar itu agak remang dengan penerang yang hanya lampu gantung lilin, kamu jadi terkejut. "Waaah!" Kamu tersentak bangun dan... "Duakk!" Untuk yang kedua kalinya kepalamu dan Vincent langsung beradu.
"Wadaww..." Kamu meringis sambil memegangi dahimu.
"..." Vincent hanya diam sambil memegangi dahinya juga.
"Uhh... Maafkan aku... lagi... Vincent..." Ujarmu sambil menatapnya takut-takut.
"Tidak apa-apa..." Jawab Vincent. "... Kuharap kau tidak menjadi pemeran utama pada Sleeping Beauty..."
Mendengarnya wajahmu memerah malu. "Ma... maaf!"
"...Aku yang salah karena membangunkanmu.." Kata Vincent.
"Bu..bukan! Itu salahku yang bangun tiba-tiba!" Kamu terdiam sejenak memikirkan apa yang sebenarnya ingin Vincent katakan. "Ada apa sampai membangunkanku?"
"Oh..." Vincent terdiam sejenak, lalu mengalihkan pandangan. "Lupakan..."
"Eh?"
"...Hanya hal tidak penting..."
Kamu turun dari tempat tidurmu dan berdiri di depan Vincent. "Hal apa?"
"..."
"Hei" Kamu menunduk sedikit dan mencari-cari wajahnya.
"..."
"Vincent?"
Tapi Vincent malah keluar dari kamar. Kamu penasaran dan segera mengikutinya. Begitu keluar kamu bertemu dengan Tifa yang sedang berdiri dengan raut wajah cemas di depan pintu kamar Cloud.
Kamu menghampirinya. "Sedang apa kamu?"
Tifa terlonjak kaget. "Shaffira!" Ia jadi kikuk. "Aku... itu... nggak..."
"Hmm?" Kamu memandang pintu kamar Cloud, lalu tanpa ragu mengetuknya keras-keras.
"Shaffira!" Tifa terlonjak. "Apa yang...?"
"Berusahalah ya!" Kamu segera berlari menyusul Vincent sambil melambaikan tangan dan Tifa hanya memandangmu dengan wajah memerah. 'Kuharap gadis itu punya lebih keberanian... Jangan seperti aku...'
"Wahh!" Kamu nyaris saja berteriak lebih kencang kalau kamu tidak tahu kalau yang ada di balik pintu adalah Vincent. Pemuda itu muncul tiba-tiba di hadapanmu ketika kamu membuka pintu depan hotel. "Vincent..." Kamu menghela nafas lega.
"... Ikut aku." Ia menarik tanganmu.
"Ap... apa?" Kamu bingung.
Vincent segera ke Wap Portal. Ia memilih ke pusat wap portal Gold Saucer.
"Apa sebenarnya?"
"Tidak... itu..." Vincent mengalihkan pandangan. Ia masih menggandeng tanganmu.
"Malam ini Malam Keajaiban! Semua atraksi gratis." Seru seorang staff di depan Event Square Portal. "Bagaimana dengan kalian berdua? Akan ada acara hiburan di Event Square!"
"Gratis?" Kamu menatap bingung.
"Benar! Hanya malam ini!" Sahut Staff itu.
Kamu tersenyum senang. "Tidak perlu pakai GP! Keren!" Lalu beralih pada Vincent. "Kita beruntung! Kita ke Event Square ya?"
"Terserah..."
"Bagus!" Kamu berlari kecil melepas gandengan Vincent. Berhenti sejenak di depan Wap. "Ayo!"
Kalian masuk ke Event Square. Di sana ada cukup banyak orang. Terlihat akan ada pertunjukkan.

(Skip...)

"Hyaaaaaah! Beraninya kau menghinaku!" Seru Naga.
"Diam kau mulut besar!" Tifa berbalik menatap Naga dengan amarah besar. Gadis itu menerjang Naga, mengangkatnya lalu melemparnya keluar panggung. "Menyebalkan!"
Penonton bersorak riuh. Mereka tampak menyukai pertunjukkan yang terlihat seperti komedi itu. Kamu juga tertawa sampai ingin menangis. "Aku tidak tahu, cerita yang biasanya romantis akan jadi begini!"
Narasi langsung berbicara. "Ya ampun... Tidak biasanya ada Putri yang perkasa! Jadi inilah legenda baru kepahlawanan Rosa dan cerita kitapun berakhir dengan bahagia!"
Semua penonton bertepuk tangan, termasuk dirimu. "Terlihat menyenangkan ya!" Ujarmu.
"Hn..." Vincent bangkit. "Kau ingin ke mana lagi?"
Kam menatapnya tidak percaya. "Bersedia menemani, eh? Aku tidak tahu."
"..." Vincent tidak berkomentar, ia berjalan menuju Portal dan kamu mengikutinya.
Sampai di pusat portal alias Station Square. Kamu langsung ke papan petunjuk. Setelah melihat sebentar kamu menghampiri Vincent.
"Kita naik kereta gantung di Round Square ya?"
"Ya..." Vincent mengangguk pelan.
Kalian masuk ke Round Square. Di sana, seorang staff langsung menghampiri. "Selamat datang, silakan naik. Tidak perlu membayar GP."
Kamu mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih..."



"Hari ini banyak sekali pasangan muda seperti kalian! Selamat bersenang-senang!" Seru staff itu sambil melambaikan tangan ketika kereta gantung yang kalian naiki mulai bergerak meninggalkan Round Square.
(Anime Sweat drop) 'Pasangan muda? Umurku tidak muda!' Lalu memandang Vincent yang juga seperti drop. 'Begitu juga dengan Vincent kan?'
Kalian berdua duduk bersebrangan. Kamu selalu menatap keluar jendela. Sementara Vincent hanya diam dengan tangan terlipat.
"Keren!" Serumu. Vincent melirik keluar jendela. Kereta gantung melewati lampu sorot yang sangat indah, terus melaju di tengah kolam diantara lampu sorot, terlihat sangat menabjubkan.
"Chocobo!" Kamu berseru senang. Kereta gantung melintas di samping lintasan Chocobo. Chocobo yang sedang bertanding berlari kencang melewati kereta gantung.
"Syuuuuut! Blaarr!"
"Wah!" Kamu memandang takjub. Kembang api baru saja melewati kalian. Kemudian disusul kembang api lainnya, seakan kalian kini berada di dunia bintang yang berwarna-warni dan gemerlap.
"Indah ya..." Kamu tidak lagi memandang keluar.
"Hmm..." Baru pertama kalinya kamu melihat Vincent yang tersenyum. Begitu tulus.
"Vincent?" Kamu memanggilnya.
Vincent menoleh ke arahmu. "Ya?"
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau mengajakku?" Tanyamu.
"Ah..." Vincent langsung mengalihkan pandangan. "Itu..."
"Vincent?" Kamu memanggilnya, dia tidak merespon. Kamu mencari-cari di wajahnya yang masih mengalihkan pandangan. Kamu memberanikan diri untuk bangkit, lalu berlutut di depannya agar dapat melihat wajahnya dengan lebih jelas. "Hei?"
Vincent terlihat terkejut sampai melepas lipatan tangannya. "Shaffira..." Raut wajahnya berubah, memerah, kemudian ia menarikmu, seketika itu, tanpa kamu perkirakan sebelumnya, bibir kalian saling menyentuh ringan.
"A... Apa?" Kamu jadi kikuk dan bingung harus melakukan apa. Kamu duduk kembali ke kursimu. Wajahmu memerah seketika. Kamu tidak bisa mengatakan satu katapun. 'Kenapa dia...? Uhh...'
Pemuda bermata merah di depanmu, Vincent, ia juga tidak mengatakan apapun, yang ada hanya wajahnya yang memerah seperti matanya, entah apa perasaannya. "Shaffira..." Ia memanggil. "Aku..."
Tapi, sebelum Vincent akan melanjutkan kalimatnya, kereta gantung sudah akan memasuki Round Square. Vincent tidak melanjutkan kalimatnya, ia mengajakmu langsung keluar ketika kereta gantung berhenti.
"Vincent?" Kamu mencoba memanggilnya, walaupun wajahmu masih semerah tomat.
"Le... lekas kembali ke hotel..." Ia terlihat gugup, ia menapak beberapa langkah, lalu berbalik. "Ayo..." Ajaknya.
Kamu mengangguk pelan, dan mengikutinya. 'A...ada apa ini sebenarnya... Aku...' Kamu bingung sendiri. 'Apa aku... Uh... tidak mungkin!'
"Shaffira..." Di depan wap Vincent terhenti.
"I...iya?" Kamu memberanikan diri untuk melihat wajahnya.
Vincent mengalihkan pandangan. "A... Aku..." Kemudian ia menggeleng. "Lu... lupakan..." Lalu ia masuk ke dalam wap.
'Aku jadi pusiiiing...!' Kamu mengikutinya.
Kalian berdua hanya bisa diam sampai akhirnya tiba di hotel. Sesampainya di kamar pun, kalian hanya bisa diam. Kamu memilih untuk duduk di sisi tempat tidurmu, dan menatap ke arah lantai yang berkarpet merah.
'Aku...' Pikiranmu berkecamuk, sesaat, kamu langsung teringat lagi kejadian di kereta gantung. Otakmu memanas dan wajahmu makin memerah. 'Aku tidak ingin ingat kejadian yang tadi!'
Suasana hening diantara kamu dan Vincent. Pemecah suara hanyalah suara dengkuran Cid yang agak keras. Pria berambut pirang itu terlihat sangat pulas tidurnya.
'aaaah!' Kamu menjatuhkan diri ke atas tempat tidur dan langsung menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhmu. 'Malah teringat makin jelas siih!' Tapi pada akhirnya kamu tertidur juga.

Waktu nyari snowboard, Saffira masuk ke rumahnya dulu. Hohoho... sedikit slight Cloud X Saffira nih...

Rumah itu masih seperti dulu, sederhana tapi banyak alat-alat elektronik kepunyaan Gast. Berdebu dan sedikit berbau jamur. Kamu melangkah ke arah tangga yang menuju ke bawah. Ketika matamu tertoleh ke dinding ruangan, kamu menemukan sebuah foro yang terpajang. Fotomu bersama Gast dan Ifalna di depan rumah itu.
Kamu menatap foto itu beberapa saat. Dan teringat betapa manjanya dirimu kepada mereka berdua, dan betapa egoisnya dirimu yang meninggalkan mereka, diiringi isak tangis Ifalna.
"Aku mencarimu ke mana-mana..."
Secepat mungkin kamu langsung berbalik. 'Sejak kapan dia...?'
"Sedang apa kau?"
"Uh... Cloud..." Kamu jadi salah tingkah.
Cloud menghampirimu. "Tempat ini... Sungguh berdebu... Apa tidak ada yang tinggal?" Ia memperhatikan sekeliling.
Kamu menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, tapi dulu aku pernah tinggal di sini."
"Lalu Snowboardnya?" Cloud beralih padamu.
Wajahmu langsung memerah. Kamu ke tempat itu memang bukan untuk mencari Snowboard. Di tempat itu tidak akan ada Snowboard. "Tam...tampaknya tidak ada..."
"Atau tidak pernah ada?" Cloud menatapmu dengan lurus.
'Whuaaa... Kenapa dia bertanya itu...? Di sini memang tidak pernah ada Snowboard...' Wajahmu bertambah merah.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Cloud ketika melihat wajahmu yang memerah. "Kau sakit?" Ia mengangkat tangannya dan akan meletakkannya ke dahimu.
"Tii...tidak!" Kamu menepis tangannya kikuk. "Aku tidak sakit..." Tapi wajahmu masih belum kembali jadi normal.
"Benarkah?" Cloud mengangkat tangannya lagi.
Kamu akan menepisnya, tapi sebelum itu terjadi, Cloud langsung menangkap tanganmu yang akan menepis dengan tangan satunya. Dan dia langsung memegang dahimu, begitu tanganmu yang akan menepis tertangkap.
"Panas sekali..."
"Ber...bercanda ya! Aku baik-baik saja!" Serumu dengan kikuk. Kamu langsung mencoba melepaskan diri dari Cloud. Tapi Cloud malah memegangmu lebih kuat, seperti tidak mau melepaskan tanganmu.
"Hmm..." Cloud menundukkan kepalanya, mencari-cari di wajahmu. "Ada apa denganmu?"
Jarak wajahmu dan Cloud sangat dekat. Menatap mata birunya, kamu jadi semakin kikuk dan wajahmu semakin memerah. 'Berhentilah menatapku!' Umpatmu dalam hati.
"Kau tidak apa-apa kan?" Tanya Cloud lagi.
Kamu mundur selangkah. "Be...benar kok! Aku tidak ap...! Whoa!" Ketika mundur, sepatumu tersangkut pada lantai kayu yang menyembul keluar karena lantai itu sudah tua. Akibatnya kamu tersandung ke belakang dan Cloud ikut terbawa karena ia masih memegang tanganmu.
"BRAAKK!" Kalian berdua langsung terjatuh dan membentur lantai kayu.
"Uhhh..." Kamu meringis. "Punggungku sakit..." Kamu membuka mata. 'Eh...?' Kamu terpaku melihat sepasang mata biru di hadapanmu. 'C...C... Cloud?' Kamu baru tersadar kalau Cloud berada di atasmu, ia menahan tubuhnya dengan menapakkan telapak tangannya pada kayu, sehingga ia tidak terjatuh menimpamu.



"Ma...maaf..." Cloud langsung berdiri, dia membantumu bangkit. "Aku tidak bermaksud..."
'Huaa...' Wajahmu makin memerah, lalu mengibaskan tanganmu. "I...itu salahku... Aku yang tidak hati-hati..." 'Uh... Payah!'
"Lekas keluar... Lalu cari Vincent." Cloud yang juga wajahnya memerah segera mengalihkan pembicaraan. Kamu hanya mengangguk menurutinya, dan kalian berdua keluar dari rumah itu.

Pas AVALANCHE kabur lagi... kali ini Saffira yang bantu.





Net! Net! Net! Kali ini suara alarm berbunyi, lalu suara keras besi beradu, suara laut, teriakan yang seperti teriakan Weapon, dan tembakan di mana-mana. Terdengar meneganggkan dan mengerikan.
"Shaffira!"
Kamu menoleh ke belakang dan melihat Turks lagi. Tapi kali ini kamu tidak lari. "Tidak puas-puas ya mengejarku?" Ejekmu dengan wajah sinis. "Melelahkan tahu!"
Teriakan Weapon...
"Kau kira kami tidak lelah!" Protes Elena.
"Kau berbicara terlalu lemah untuk seorang Turks, Elena." Ujarmu. "Yang lain saja tidak ada yang memprotes."
Elena ingin membalas tapi dicegah Tseng. "Cukup basa-basinya... Shaffira... lebih baik kau menyerahkan diri..."
Kamu menatap dengan sinis. "Enak saja." Langsung berbalik, tapi prajurit datang menghadang. "Sial..."
Teriakan Weapon...
"Kau tidak bisa ke mana-mana..." Dan Turks membidik senjata mereka ke arahmu.
Kamu menoleh kiri kanan. Buntu. Melihat ke atas, lalu tersenyum senang dengan gedung yang tidak terlalu tinggi. Lalu kamu melompat ke atas atap gedung.
"Tetap saja tidak bisa..."
Ketika kamu akan melompat ke gedung yang lain, Reno dan Rude sudah ada di belakangmu.
Teriakan Weapon...
"Menyerahlah..." Keluh Reno.
"Berisik..." Kamu memalingkan wajah dengan muka masam. "Tetap saja malas..." Kamu berjalan mundur sampai pinggiran.



BLARRR! Terdengar suara ledakan lagi, kali ini lebih keras, berserta suara teriakan Weapon yang sangat keras. Membuat seluruh permukaan Junon bergetar.
Tanpa kamu perkirakan, kamu kehilangan keseimbanganmu dan terpeleset jatuh dari atas gedung. Dan kamu tidak mengetahui sebelumnya kalau bagian gedung sebelah situ adalah jurang gedung yang sangat dalam. (Tinggi yang berbeda karena ada jalan yang lebih rendah).
"Wuaaaaa!"
"Shaffira!" Reno dan Rude berteriak panik.
'Sialan! Lebih tinggi dari gedung rumah sakit!'
Tidak mau pasrah saja, kamu langsung menarik rantaimu dan melemparkannya ke arah pipa-pipa yang ada di sekitar pinggir gedung. Mengayunkan diri layaknya Spiderman, dan memakai pipa-pipa lain sebagai tumpuan untuk lompatan layaknya seorang ninja. Mungkin saja melebihi keterampilan Yuffie. Sampai akhirnya kamu terlempar di salah satu atap gedung dekat air port.
"Wuaah!" Kamu tidak dapat mendarat dengan sukses, dan terjatuh berguling-guling di atap itu. Maklum saja karena ayunan rantaimu tidak terkontrol.
"Hah...Hah...Ha..." Kamu terengah-engah sendiri.
"Tidak sukses yaa...?"
'Suara itu!' Kamu langsung menoleh dan menemukan orang yang sama sekali tidak ingin kamu temui. "Rufus..."
"Tidak salah aku mencari sampai ke atap-atap gedung..." Rufus tersenyum sinis. Ia bersama beberapa SOLDIER.
Kamu bangkit. "Kenapa kau selalu mengejarku, brengsek? Aku malas meladenimu." Bukannya tidak ada waktu, tapi kamu tidak sanggup melawan seorang Rufus dan beberapa SOLDIER tanpa rantaimu yang terlepas entah ke mana.
"Kasar sekali..." Rufus geleng-geleng kepala. "Aku hanya ingin kamu kembali ke ShinRa." Ia maju mendekatimu yang juga mundur. "Dengan begitu kau tidak perlu memikirkan masa lalu."
'Masa lalu? Tahu apa dia?' Ingin rasanya memaki dengan membabi-buta, tapi itu hanyalah sesuatu yang sia-sia untuk sekarang ini. "Tentang Nibelheim, kamu, teman-teman Turks, Heiren, Cecill... Mungkin hanya itu yaa...? ShinRa semua."
"Ya... Dengan begitu kau bisa mengenang masa lalu dan langsung melupakannya dengan berpikir maju di ShinRa..."
"Huh..." Kamu menatap tajam Rufus. 'Bagaimana dengan Nii-san, Ibu, Zack, dan Cloud? Memangnya kau tahu? Lalu... Cecill yang menanggung penderitaan sendirian, Helarin yang kehilangan keluarga satu-satunya dan malah mengabdi di ShinRa sebagai setengah penghianat... Mereka menanggung penderitaan itu karena masa lalu... Lalu perasaanku sendiri...'
"Tapi tetap saja..." Air matamu mengalir. "Kamu tidak tahu apa-apa tentang masa laluku..." Mundur beberapa langkah sampai benar-benar ke tepi. "Selamat tinggal... Rufus Shinra..." Lalu menjatuhkan diri. 'Ini akhirku ya?'
Terdengar suara teriakan Rufus memanggil namamu. Tapi kamu tidak peduli. Entah apa yang akan terjadi nanti.
Kamu tersenyum melihat matahari senja. "Seperti mengantar kematian saja..." Lalu tertawa kecil.
"Shaffira!"
"Huh?"
Sinar Matahari senja tertutup dan kamu mendengar suara mesin yang berisik. Sebuah pesawat besar terbang ke arahmu.
"Highwind!" Kamu terkejut.
"Tangkap tanganku!" Terlihat Tifa ada di pinggiran geladak Highwind, ia mengulurkan tangannya padamu.
"Tifa!" Kamu mencoba meraih tangannya.


Terpegang, tapi hanya sesaat, pegangan itu terlepas. Tifa berteriak dan mencoba meraih tanganmu yang sudah tidak tergapai.
Suara mesin yang berisik, suara angin yang gaduh, topi biru yang tebawa angin, suara nafas Tifa yang lega, suara nafas terengah dari seseorang, suara jantungmu yang berdegup kencang, dan angin kencang yang membelai rambut perakmu..
Kamu mengadahkan kepala, dan melihat wajah dua orang yang panik sekaligus lega. Kamu tersenyum lega. 'Ternyata aku selamat...' Kamu menggenggam tangan yang menolongmu itu dengan erat. "Thanks, Vincent."
"Berpegang yang erat... Aku akan mengangkatmu..." Kata Vincent.
"Ya..." Kamu mengangguk pelan.
Matahari terbenam dengan tenangnya mengantar kepergian kalian semua.

Waktu nyari Huge Materia. Hohoho... lucu banget nih.

Baru saja akan menarik nafas. Sebuah suara sirine memekik keras.
"Duh..." Keluhmu.
"Si-al!" Gerutu Barret.
Kalian berpencar untuk menghindari kereta yang akan keluar dari Reaktor.
"Sepertinya mereka cabut dengan membawa Huge Materia di kereta itu!" Panik Cid.
"TIDAK!" Barret histeris lalu memaki kereta yang barusan pergi. "Kalian kepala batu yang menyebalkan!"
"Kita harus mengejar! Tapi bagaimana!" Kamu ikut panik.
"Hei, apakah kau tahu siapa aku? Aku Cid—itulah aku! Sekarang biar aku yang menangani ini!" Cid masuk ke dalam reaktor.
"Oi!" Kamu mengikutinya bersama Barret.
Kalian melihat sebuah kereta.
"Mau kau apakan?" Tanyamu ketika melihat Cid memasuki kereta.
"Cepat naik!" Kata Cid.
Kamu dan Barret segera menurutinya, dan Cid menjalankan keretanya, keluar dari Reaktor. Terdengar suara sirine, dan kereta itu benar-benar berjalan.
"Hei, hei, hei, hei-!" Teriak Cid.
Kalian mulai mengejar kereta yang sebelumnya dengan kereta curian tadi.
"Ha! Aku tidak tahu, selain pesawat kau juga bisa mengendarai kereta!" Kamu tertawa. "Sekarang bagaimana?"
"Jangan tanya...Aku nggak tahu!" Teriak Cid panik.
"APA!" Kamu dan Barret langsung panik juga.
"Bagaimana ini!" Kamu histeris.
Cid meraih pengungkit di depannya. "Jangan khawatir! Aku bisa menangani hal semacam ini! Dua pengungkit, satu di kanan dan satu di kiri." Lalu ia menarik pengungkitnya. "Jadi begitu, tinggal bergantian menarik pengungkitnya naik turun, kan? Dilihat dari kecepatan musuh, aku bilang kira-kira butuh 10 menit. Kita akan terbang! Berpeganglah erat-erat!"
Cid menarik kedua pengungkit itu naik turun dengan cepat. Kecepatan kereta meningkat sampai akhirnya kereta kalian menyusul di belakang kereta sebelumnya atau bisa dibilang kereta musuh.
"Baiklah! Kita akan meloncat!" Teriak Cid.
Kalian melompat ke gerbong belakang kereta musuh, lalu meloncat dari satu gerbong ke gerbong lainnya, di setiap gerbong ada saja pasukan ShinRa-nya. Sampai akhinya tiba di gerbong lokomotif yang dikendalikan oleh seorang prajurit ShinRa.
Prajurit itu berbalik. "Apa-apaan! Ka...Kalian!"
"Baiklah—Serahkan saja Huge Materia!" Kata Cid.
"Terlalu lama!" Makimu, lalu manarik rantai yang sudah kau beli sebelumnya di Mideel. "Spiral Device!" Mengaitkan rantai itu ke kaki Prajurit, menariknya, dan Prajurit terjatuh, atau lebih tepatnya terlempar dari kereta dan jatuh berguling-guling di tebing, setelah sebelumnya berputar-putar di atas udara dengan teriakan yang memelas.
Sweatdrop. "Wanita sadis..." Kata Cid dan Barret.
"Berisik!" Protesmu. "Pikirkan untuk sekarang! Kita bisa mengebut, tapi bagaimana menghentikannya!"
"Ciiid!" Teriak Barret.
"AKU TAHU!" Teriak Cid, ia turun ke pengendali. "Tutup mulut dan diam saja! Kalau kita tetap dengan kecepatan ini, kita akan menabrak North Corel! Coba lihat... kalau kita menggerakkan pengungkitnya naik atau turun secara bersamaan... Keretanya seharusnya berhenti!"" Lalu ia menggerakan kedua pengungkit, dan keretanya makin cepat.


"Kita semakin cepat!" Kamu panik setengah mati.
"#$#$&! Sebaliknya! Coba lihat, kali ini, aku akan..." Cid menggerakkan kedua pengungkitnya ke bawah. Kereta semakin cepat.
"Hei..." Barret sweatdrop dengan panik. "HEI!HEI!"
"Sial-!" Teriak Cid. Ia kembali menarik kedua pengungkit ke bawah sampai terputus.
"Whuaaa!" Kamu panik dan memejamkan mata.
Kereta maju dengan cepat, lalu mengeluarkan bunyi yang berdecit kencang, kereta seperti terhambat sesuatu dan berhenti beberapa inci dari North Corel.
Kamu membuka mata. Jantungmu masih berdegup kencang. "Se...la...mat... Fuh..." dan menghela nafas.
Cid mengambil Huge Materia-nya. "Masih hidup..." Ia terlihat pucat. 




Aih... saat-saat bersama... Yang lain pergi ke Fort Condor, tapi Saffira (gua)  ga ikut karena kelelahan pake limit break.

'Satu Huge Materia sudah didapatkan, tinggal tiga lagi, dan sekarang akan mengambil yang ke dua..' Kamu memejamkan matamu, memikirkan hal lain selain materia. 'Cloud dan Tifa bagaimana ya? Apa mereka baik-baik saja? Terutama Tifa.. Dia cemas sekali..'
Trzit! "Aduh!" Seiring dengan munculnya rasa sakit yang terasa menekan kepalamu, pikiranmu melayang ke limit yang tadi kau pakai, Spiral Device. Tangan kirimu memegang kepalamu, pikiranmu memaki dirimu yang telah memakai Limit Level 3-1 tersebut.
'Bodoh… Kenapa pakai limit setinggi itu… Begini jadinya kan..' Kamu menjatuhkan tangan kirimu ke kasur. 'Walau sudah terinjeksi Jenova Cell, atau blah-blah-blah itu, tetap saja aku tidak bisa sekuat Nii-san… Limit yang mengandalkan kekuatan Jenova Cell itu pun ada batasnya… Efek sampingnya…' Kamu mencoba bangun dengan susah payah, namun langsung jatuh berbaring lagi. 'Ya seperti ini..' Lalu mengeluh.
Kamu mengangkat tangan kirimu lagi, dan memandanginya, tanganmu gemetaran. 'Sialan… Seluruh tubuhku gemetaran…"
Suara ketukan membuatmu berhenti memandangi tanganmu. Tanpa banyak berpikir, kamu langsung menyahut, "Maaf! Aku tidak bisa membuka pintunya! Masuk saja!"
Pintu terbuka dan Vincent muncul dari baliknya. Dia hanya terdiam melihatmu yang "terkapar" di tempat tidur. Setelah menutup pintu, dia menghampirimu dengan wajah datar, "Kenapa kamu?"
Kamu hanya tertawa kecil nan pasrah, "Biasa… Efek samping…"
"Efek samping?"
"Ya…. Efek samping sehabis memakai limit.. Pasti begini.. Kalau bukan kelelahan yang amat sangat, pasti tidak bisa bergerak karena gemetaran.."
"Kenapa begitu?"
"Terlalu mengandalkan Jenova Cell…"
"…" Jawabanmu hanya membuat Vincent terdiam.
Kamu hanya tersenyum kecil, "Tubuhku memang hanya sedikit yang dipengaruhi Jenova Cell, tapi bukan berarti aku menguasainya.. Dan lagi tubuhku ini menolak Cell itu.. Dengan kata lain.. Yah.. Hanya agak memaksakan diri saja kok.."
"…"
"Lihat…" Kamu mengangkat tangan kirimu untuk menunjukannya pada Vincent, "Gemetar kan…?"
Vincent menatapmu sejenak dan langsung meraih tangan kirimu itu, ia menggenggamnya, "Kuharap.. Kau bisa cepat pulih.." Sadar tanganmu malah tambah gemetaran, Vincent menatapmu bingung, "Kau tidak apa-apa? Sepertinya bertambah parah.."


Kamu mengalingkan wajahmu dan tertawa sweatdrop, 'Bagaimana tidak tambah parah…? Aku deg-degan, bodoh!' Lalu menatap Vincent tanpa terfokus, "Tidak.. itu hanya perasaanmu.."
"Kita sampai, anak-anak!" Terdengar suara Cid dari interkom, "Tapi kita mendaratkan Highwind jauh dari Fort Condor, untuk mencegah hal tidak diinginkan!"
"Sudah sampai rupanya…" Ujarmu, "Kau tidak ikut pergi?"
"Tidak… Kau lupa kalau Barret dan Yuffie yang pergi?"
"Ah, benar juga… Lalu apa yang akan kau lakukan? Bukankah lebih baik kau membantu mereka?"
Pertanyaanmu membuat malah Vincent tersenyum simpul, dia menurunkan tanganmu dan melepasnya. "Tidak…" Ujarnya, "Aku akan menjagamu di sini…"
Kamu hanya bisa mengalihkan pandangan dengan wajah memerah, 'Apa Vincent itu memang orang yang seperti ini?' Pikirmu. 'Tapi… Aku senang, dia di sini…'
"Kau tidak keberatan kan, jika aku tetap di sini?"
"Tidak…" Kamu menoleh, "Aku tidak keberatan," lalu tersenyum, "Aku senang kau bisa ada di sini… Di sisiku.."
Kamu memilih untuk tidur beristirahat, sedangkan Vincent menunggumu dengan duduk di kursi yang ada tanpa melakukan hal yang berarti.
/ after 3 hours..
Highwind mengudara kembali, Cid dan yang lainnya telah memenangkan pertarungan dengan pasukan Shinra di Fort Condor, dan Huge Materia di sudah diambil. Sepulang dari sana, Yuffie langsung ke ruanganmu untuk mengomel tentang Cid yang selalu berdebat dengannya ketika pertarungan. Kamu hanya bisa mendengarkan sambil sesekali tertawa, sedangkan Vincent hanya mendengarkan tanpa atensi penuh.

Pas Cloud and Tifa jatuh ke Lifestream...

"Tempat ini akan menjadi puing… Kita harus cepat pergi dari sini!" Kamu menengok ke arah klinik, "Tapi, bagaimana dengan Tifa dan Cloud!"
Cid menggeleng, "Pergi dari sini….! Sialan! Kau tidak boleh mengkhawatirkan orang lain dari pada dirimu sendiri! Kau tidak tahu kapan Stream itu akan meledak…"
"Kita tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja!" Kamu bersiap pergi, "Aku akan ke sana!" Tapi tanganmu ada yang memegang, menahanmu untuk pergi.
"Tidak…" Kata Vincent, "Tidak ada waktu lagi.."
Kamu membantah Vincent, tapi ia menggeleng, berserikeras untuk tidak membiarkanmu pergi. Kamu hanya bisa menatap klinik dengan cemas. "Ya Tuhan… Tifa! Cloud! Cepat pergi keluar! Cepatlah!" Teriakmu.
Terdengar suara ledakan, dan getaran muncul kembali dan lebih parah.
"Whoa!" Cid terlonjak, lalu berteriak ke arah klinik, "Tidak ada waktu lagi, cepatlah! Tifa! Cloud! Pergi dari sini!"
Kalian bertiga langsung lari menuju Highwind. Kamu menoleh ke belakang dan melihat Tifa mendorong kursi roda yang diduduki Cloud keluar dari klinik. Tifa lari sekuat tenaga sambil mendorong kursi roda. Tanah berguncang, dan tanah dibelakang Tifa mulai runtuh ke dalam bumi, terus mengejar sampai tempat Tifa dan Cloud berada.
Kamu merasa tidak bisa lari begitu saja, dan langsung berbalik menuju mereka.
"Shaffira!" Cid dan Vincent berteriak mencegah.
Kamu tidak mepedulikan teriakan mereka, dan terus berlari menuju Cloud dan Tifa. Tetapi, ketika tanah berguncang lebih keras, tanah -di bawah Cloud dan Tifa- jatuh ke dalam bumi dengan Lifestream yang meluap.
"Cloud! Tifa!" Teriakmu. Kamu berhenti berlari dan terpaku melihat mereka berdua jatuh dan tanah makin runtuh. Namun, kamu tidak menyadari bahwa tanah tempatmu berdiri juga akan runtuh sebentar lagi. Ketika tanah dibawahmu mulai retak, kamu baru sadar, dan langsung berbalik untuk lari. Tanah dibawahmu seperti tidak mengijinkanmu pergi, baru saja kamu akan melangkah, tanah di bawahmu runtuh.
Beruntung pikiranmu sedang berjalan cepat, kamu langsung melempar rantaimu ke tanah yang belum runtuh di depanmu. Kamu langsung berayun dan memanfaatkan tanah yang runtuh sebagai pijakan lompatanmu. Baru saja akan sampai ke tanah yang belum runtuh, tanah itu malah runtuh dan rantaimu terlepas dari situ.
'Tidak!' Kamu melayang jatuh, tanganmu yang berusaha meraih, tidak dapat meraih apapun.
"Belum waktumu ke sana…"
'Apa?'
"Ke Lifestream…"
"Maksudnya!" Kamu berteriak dan melihat ke bawah, di sana ada kolam Lifestream yang sedang menyeruak keluar. Tapi kamu tidak terpaku pada kolam itu karena mendengar sesuatu seperti sibakan angin. Kamu menoleh ke atas, dan melihat bayangan hitam menuju ke arahmu. Kamu memperhatikan bayangan itu lebih seksama. Seseorang dengan sayap hitam yang menyerupai sayap iblis, rambut panjang acak-acakan yang hampir menutupi mata, mata menyala seperti monster yang siap memangsa siapa saja, taring dan cakar yang siap mengoyak apapun di depannya, menuju ke arahmu dengan kecepatan penuh. Benar-benar sosok iblis yang sempurna.
Matamu terbelak karena terkejut, 'Apa, bukan, tapi siapa itu!' Dan kamu tambah terkejut lagi, karena sosok yang kamu perkirakan akan menyerangmu itu malah menolongmu. Dia menangkap tubuhmu yang nyaris tercebur ke Lifestream, dan membawamu terbang keluar dari sana.
Getaran bumi, tanah yang berguncang, tanah yang runtuh, semua telah berhenti. Mideel telah berubah menjadi kolam Lifestream. Kamu hanya terdiam melihat perubahan kota itu, dari atas langit yang tidak begitu cerah.
Kamu menoleh ke arah sosok yang membawamu terbang, atau lebih tepatnya telah menolongmu. Sosok itu hanya diam sambil memeluk pinggangmu dengan satu tangannya. Ia terbang menuju ke bawah. Tidak ada rasa takut untuk menatap sosok itu, kamu merasa kalau dia tidak berbahaya walau banyak pertanyaan yang ada dipikiranmu tentang sosok itu. Siapa dia dan kenapa dia menolongmu.
Sesampainya di bawah, sosok itu langsung melepasmu, dan ketika kamu berbalik untuk melihatnya, dia malah terjatuh, tidak sadarkan diri.
'Apa!' Kamu terkejut, "Hei! Apa yang…..!" Belum selesai keterkejutanmu, kegelapan keluar dari dalam tanah dan menyelubungi sosok itu sampai tidak terlihat, kamu hanya bisa terpaku melihatnya, dan ketika kegelapan itu memudar dan mulai meninggalkan sosok itu, kamu harus terkejut lagi melihat sosok berambut panjang dan berjubah merah yang kamu kenal.
Kamu langsung meneriakkan namanya, "Vincent!" dan menghampirinya yang tengah bangkit dan menggelengkan kepalanya seperti mengusir pusing.
Vincent bangkit, memejamkan mata dan memegang kepalanya sebentar, lalu menatapmu, "Ya..?"
"Apa yang terjadi? Tadi siapa? Apa itu kau? Kenapa bisa seperti itu? Yang tadi itu apa?" Tanyamu bertubi-tubi, "Tapi kamu tidak apa-apa, kan!"
Namun Vincent hanya terdiam. Baru saja kamu akan bertanya lagi, kamu mendengar suara yang memanggil namamu dan Vincent. Kamu berbalik dan melihat siapa yang memanggil kalian, terlihat Barret, Cid , dan yang lainnya, berlari menghampiri kalian.
"Vincent! Shaffira! Syukurlah! Aku sempat cemas tadi melihat Vincent menyusulmu… Untung saja kalian tidak ikut terbawa ke dalamnya! Jangan membuatku cemas, !" Omel Cid.
Kamu menoleh ke arah Cid lalu ke arah Vincent dengan bingung, 'aku tidak mengerti…. Yang tadi itu.. sosok iblis itu… Vincent?'
Vincent terlihat kurang terfokus pada keadaan yang sekarang, dia tampak agak linglung. Kamu langsung menyadari bahwa keadaanya sekarang sama sekali tidak baik.
"Ada apa, Vincent?" Tanya Barret, "kau tidak apa-apa?" tampaknya bukan hanya kamu yang menyadari hal itu.
"Aku rasa Vincent perlu istirahat… Dia telah menolongku mati-matian tadi.." Ujarmu, "aku akan mengantarnya ke Highwind…."
Cid memandang Vincent sejenak, lalu ke arahmu, "baiklah.. Kau yang harus bertanggung jawab karena telah membuatnya kerepotan.."
"Aku mengerti…" Kamu mengangguk pelan, lalu meraih lengan Vincent, ingin menuntunya, "Aku tahu kau tidak baik-baik saja… Kita kembali ke Highwind…" Tidak ada jawaban, tapi ketika kamu mulai melangkah, ia mengikuti langkahmu.
"Ok! Sekarang, ayo kita cari Cloud dan Tifa!" Seru Barret.
"Kau gila! Bagaimana caranya kita mencari di kolam yang kita tidak tahu dalamnya sampai mana!" Protes Yuffie.
"Yah.. mulai mencari sajalah.." Kata Red XIII.
Suara mereka perlahan menjadi tidak terdengar seiring dengan langkahmu yang meninggalkan mereka menuju Highwind. Kamu menatap Vincent yang dari tadi sesekali memejamkan mata sambil berjalan. Rasa cemas mengganggu pikiranmu, tapi kamu tidak mengatakan apapun sampai akhirnya berada di ruangan Vincent di Highwind.
Vincent duduk di tepi tempat tidurnya, ia memegangi kepalanya dengan mata yang terpejam, seperti menahan rasa sakit yang ada dengan tenang.

Saat Cloud dkk ke Great Canyon buat ketemu kakeknya Nanaki buat nanya tentang jeritan planet or whatever. Saffira ga ikut, capek, Vincent juga donk... hohoho

Mendengar nama kakeknya disebut, Red XIII langsung terlihat bersemangat, "Ayo kita temui kakek! Ke Cosmo Canyon! Aku yakin dia bisa memberitahu kita sesuatu yang akan membantu!"
Cloud memutuskan untuk pergi ke Cosmo Canyon. Kau tidak berniat ikut karena mengantuk, tapi kau meminta agar Cloud menceritakan apa yang ia dapat nantinya.
"Aku tidak ingin melewatkan sesuatu tapi aku sangat mengantuk.." ujarmu sambil menguap.
"Apa kau terlalu lelah?" Cloud bertanya-tanya, "memang sih kita banyak melakukan perjalanan cukup berat hari ini.. Tapi biasanya kau enerjik."
"Hei, manusia jadi-jadian sepertiku juga ada batasnya…" protesmu.
Cloud terdiam, "maaf…" ujarnya pelan.
Sepertinya kamu mengucapkan hal yang salah, "ah, bukan itu… Maksudnya, aku tidak sekuat Sephiroth walau aku kembarannya.."
"Tidak.. Aku harus minta maaf karena sejenak aku menyamakanmu dengan Sephiroth.." Cloud mengakui apa yang ia pikirkan, "tapi aku tidak bermaksud untuk menyebutmu manusia jadi-jadian seperti yang kau katakan.."
"Aku hanya merasa sedikit depresi…" kamu tertawa kecil.
"Biarkan dia, Cloud… Karena aku harus bicara dengannya." Vincent melangkah mendekati kalian, "lagipula entah kenapa aku sedikit tersinggung dengan kalimat 'manusia jadi-jadian'…"
Kamu tertegun dan langsung panik menyadari Vincent juga bukan manusia biasa. Kamu dan dia memang sudah seperti makhluk asing. Dan kamu baru tersadar akan hal itu, tanpa sadar telah menyinggungnya. Benarkah Vincent tersinggung atau hanya ingin bicara denganmu saja? Kamu memilih yang pertama. Tampaknya pria berjubah merah itu benar-benar tersinggung.
"Hmn…" Cloud merasa aura yang tidak baik antara kamu dan Vincent, "a.. aku berangkat dulu dengan Tifa dan Red XIII…" Ia seperti ingin cepat-cepat pergi dari situ.
"Uh…" Kali ini rasanya kamu ingin ikut saja ke Cosmo Canyon, tapi tatapan Vincent sudah membuatmu terhipnotis untuk tidak mengatakan hal selain, "baiklah… hati-hati…"
Kamu memperhatikan punggung Cloud sampai ia menghilang di balik pintu keluar anjungan, Tifa dan Red XIII menyusulnya. Kamu menatap Vincent dengan gagu dan menanyakan apakah yang ingin dibicarakan.
Namun Vincent berbalik dan berkata dengan dingin, "tidak ada.."
Jawaban yang sungguh menyayat hati, tidak terdengar dingin olehmu tapi terdengar sangat ketus. 'Uh… benar-benar marah yah…' "Tunggu! Vincent!" Teriakmu mengejar Vincent yang sudah keluar dari anjungan.
Vincent tidak menghentikan langkahnya, ia melangkah tidak cepat ataupun lambat. Kamu menyusulnya dan berjalan di sampingnya.
"Hei… Maaf, aku telah bicara yang macam-macam…" Ujarmu.
Vincent berhenti, ia menatapmu tajam. Namun tidak lama kemudian ia melangkah lagi.
"Hei!" Kamu mengejarnya dengan depresi.
Pemuda yang seperti vampire itu melangkah masuk ke ruang pengoperasian.
"Vinceeeent!" Kamu masuk ke ruang pengoperasian dan hampir saja menabrak kru yang bertugas di sana. "Ah.. kenapa kau keluar?"
Kru itu menunjuk ke dalam ruangan dengan jempol tangannya, "Vincent menyuruhku keluar karena ia ingin berdiskusi hal serius denganmu… Katanya sih begitu."
Langsung saja wajahmu berubah horror, sampai membuat kru terlonjak dan mundur menjauh. "Dia… benar-benar marah….." Kau ketakutan.
Namun, si kru malah lebih ketakutan, "yah… a.. aku pergi dulu.. selamat berjuang…" Ia langsung pergi ke arah anjungan.
"Hei, tunggu!" 'Jangan biarkan aku sendiri menghadapinya!' Rasanya kamu ingin sekali menangis. Ingin sekali kamu berpikir seribu kali, namun tidak ada waktu untuk berpikir sebanyak itu. Kamu memutuskan untuk masuk mulai dari kepalamu untuk mengintip.
Vincent sudah duduk di kursi paling ujung tempat Cloud sebelumnya ketika ia menejelaskan semua sesudah 'kesadaran' perdananya. Walau tempat itu terang, sekeliling Vincent tampak gelap, mungkin adalah aura. Kamu agak bergidik melihatnya.
"Hei… Tutup pintunya," Vincent menatapmu tajam, "masuk dan duduk!" perintahnya dengan tegas.
'Dia… membentakku.. waw… gawat sekali..' Pelan-pelan kamu masuk, menutup pintu, dan duduk di kursi dekat pintu sehingga kalian berhadapan namun jauh sekali. Kamu berusaha tidak menggubris lagi tatapan tajam Vincent dan mencoba bertanya dengan suara pelan, "ada apa sebenarnya? Kau tersinggung dengan ucapanku? Maaf…"

Waktu mau ke Junon ngambil kapal selam, dan sebelum ketempat gua Lucrecia.

"Sampaaaai!" Teriak Cid.
"Sangat cepat…." Keluhmu.
Cloud menghampirimu, "Shaffira kali ini kau harus ikut… Kalau Helarin ada, tolong bicara padanya."
"Tentu…"
Sementara Cloud menghampiri Cid, Vincent menghampirimu. "Aku juga akan ikut," begitu katanya.
"Kau sudah bilang Cloud?"
"Sudah…"
Lalu ia keluar begitu saja.
"Hei, Cloud," perasaanmu yang tidak enak membuatmu langsung bertanya, "apa Vincent memaksa ikut?"
"Ha..haha…" tawa yang terdengar tidak enak, "tidak kok…" Cloud mengibaskan tangannya, "ayo pergi…" Dia pun keluar.
Kamu menghela nafas, "memang dipaksa…" dan berjalan gontai keluar.

Waktu ngelawan Weapon.

"Hei Cloud…." Cid membuka suara, "menurutmu, kita bisa menang melawan monster itu?" ia terlihat sangsi, "Kita punya peluang untuk menang kan?"
"Bagaimana aku tahu? Tapi itu bukan alasan bagi kita untuk melepaskannya!" Kata Cloud dengan bersemangat.
"…Memang… tapi bukan hal senekat itu juga…" keluhmu, "kau serius, eh?"
"Tentu saja!" Cloud mengangguk mantap, "Kita akan ke Midgar dan melawan Weapon! Ayo, kita bergerak!"
Dengan keluhan semua orang, akhirnya Highwind lepas landas menuju Midgar dengan kecepatan penuh. Dari jendela anjungan kamu dapat melihat Weapon yang terus bergerak perlahan menuju kota. Weapon yang sangat besar dan berwarna putih, makhluk itu meraung dengan garau.
"Whoa.. Kau benar-benar yakin, Cloud?" Yuffie melompat-lompat.
"Siapa yang ingin melawannya ikut aku!" Cloud berjalan keluar anjungan.
"Aku ikut.." Red XIII berlari menyusul.
"Tunggu!" Tifa mengejarnya.
"Dasar anak muda!" Kali ini Cid, ia membawa mop yang kau berikan.
"Heh!" Kamu mengejar Cid, "jangan rusak mop itu! Edisi terbatas!"
"Shaffira jangan gegabah!" Vincent mengejarmu.
Yuffie melompat, "jangan tinggalkan aku di pesawat yang memabukkan ini!"
Barret mengamuk, "hei! Kalian ingin bertarung tanpa aku!" ia keluar.
"Eh, tunggu tunggu!" Cait Sith mengejar.
Pada akhirnya semua orang keluar pesawat.
"Eh… Kita keroyokan nih?" tanyamu dengan bingung.
Cait Sith menari-nari, "kenapa semua orang malah keluar…?"
"Baguslah.. Kita bisa mengalahkan Weapon dengan cepat…" Cloud menarik pedangnya.
Kamu menghela napas lelah, "yah… sepertinya."
"SERAAAAAAAAAAAAAAANG!"
Semuanya menyerbu Weapon. Cloud melompat ke bahu Weapon dan menghajar dengan pedangnya, Barret di bawah menembak dan menembak, Tifa berkonsentrasi pada materia dan menyerang dengan sihir, Vincent melompat ke bahu Weapon dan menembak ke sekitar mata, Yuffie melompat-lompat di tubuh Weapon sambil melempar senjatanya, Cait Sith berputar-putar entah apa yang dia lakukan, Red XIII melompat ke sana ke mari mencoba untuk menyerang, Cid memakai mop untuk menyerang, sementara kamu berteriak agar Cid tidak merusak mop itu.
"Whoa!" Kamu melompat menghindar ketika Weapon hampir saja menginjakmu, "dasar makhluk besar…" Kamu berkonsentrasi pada materia, "makhluk besar harus dilawan dengan makhluk besar…. Bahamut SIN!" Dari tanganmu keluar sinar biru dan menembakkannya ke atas langit yang kemudian terpecah dan keluar naga besar dari sana.
"Semuanya, menyingkir dari Weapon!" teriakmu.
"Hah! Memang ada apa!" tanya Barret.
Tersadar ada raungan yang berbeda, Vincent mengadahkan kepala dan melihat naga hitam besar yang muncul dari awan. Ia langsung beralih pada Cloud yang juga sedang mengadah. "Cloud, kita harus pergi dari sini.."
Cloud mengangguk, ia dan Vincent turun dari Weapon. Diikuti yang lainnya setelah mereka sadar dan melihat langit.
"Apa itu, Shaffira?" tanya Tifa yang mendarat ke sebelahmu.
"Bahamut SIN, summon.." jawabmu santai.
"Materia yang waktu itu kau pinjamkan pada Cloud?" Vincent menghampiri.
"Yeah.."
"Naga yang terlalu kuat.." keluh Cloud.
Kalian melihat Bahamut menyerang Weapon itu dengan Flare-nya. Ledakan yang sangat dasyat terjadi, namun tidak merobohkan Weapon. Bahamut SIN menghilang dan Weapon masih berdiri tegak.
"Hei… apa makhluk itu tidak bisa mati..?" Yuffie bertanya-tanya.
Kamu mengangkat bahu, "entah.. tapi lihatlah.. Dia kembali ke laut.."

Saat semua AVALANCHE (kecuali Cloud dan Tifa), pergi mencari tujuan mereka... Oh~ pernyataan yang tidak disangka-sangka dari Vincent! >w<

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kuinginkan, aku ingin sekali menghentikan Nii-san.. Tapi kurasa bertarung dengannya aku pun tidak sanggup... Mungkin aku akan kembali... Mungkin juga tidak.. tapi setidaknya tunggulah sampai esok," itulah kata-katamu sebelum meninggalkan mereka berdua.
Entah sudah seberapa jauh kamu melangkah, masuk ke dalam hutan kecil dan menemukan mata air. Kamu membasuh wajahmu yang kuyu dan bercermin pada air. Wajah Sephiroth terbayang. Kamu memejamkan mata dan menggeleng-gelengkan kepala untuk membersihkan air yang menempel di wajahmu.
'Seharusnya dihentikan ya… Nii-san itu… Tapi, dia itu sebenarnya sudah mati.. Entahlah…' Kamu kembali mengingat-ingat surat kabar ShinRa yang menyatakan Sephiroth sudah mati. 'Sudah mati…? Dan yang sekarang hanyalah sel Jenova.. Tapi emosi itu adalah emosi Nii-san.. Sekarang aku ingin menghentikan emosinya itu...'
Sedikit helaan napas yang kamu keluarkan sebelum berdiri untuk duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Angin yang sejuk membelaimu dan kamu mulai mengantuk, tapi kamu tidak ingin tidur. 'Lima tahun… lima tahun yang lalu… setelah kematiannya… tapi jiwanya nggak pernah mati.'
Teringat semuanya: sesuatu yang diceritakan Mari; bertemu Gast dan Ilfana; bermain snowboard; Sephiroth yang ternyata kakak kembarmu dan kamu mencari tahu tentangnya; tidak berubah fisik ketika umur 18 dan seterusnya; menjadi pelatih di sebuah institusi bela diri; mencari tahu tentang summon materia, mencarinya, lalu membuangnya di mana-mana; pergi ke Nibelheim dan bertemu Zack, Cloud, dan Sephiroth secara tidak langsung; konflik dengan Turks, masuk ShinRa, lalu berteman dengan Turks; keluar dari ShinRa; jadi joki terbaik chocobo; pekerja serampangan; dan kembali menjadi pengelana selama dua tahun; bertemu Cloud yang akhirnya membawa petualanganmu sampai di sini bersama teman-teman yang baru.
Kamu tertawa kecil mengingat itu semua. Angin kembali berhembus dan kamu mencoba menikmatinya dengan memejamkan mata: bau rumput, daun, dan batang pohon; suara air yang lembut di mata air; beberapa burung yang berkicau; wajah yang terasa dingin. Mungkin sedikitnya ini adalah bagian dari surga.
"Apa kau tidak memiliki tempat yang ingin kau kunjungi?"
Tanpa membuka matamu kamu menjawab suara yang akrab di telingamu itu, "rumah Mari terlalu jauh. Kalau Helarin, hmn, aku tidak ada kalimat untuk di sampaikan padanya. Bertemu Reno dan Rude, aku tidak tahu mereka di mana. Mungkin di Junon, tapi entahlah. Mengunjungi Lucrecia, kurasa dia tidak akan bangun, aku tidak mau sakit hati.. Hahaha.. Kau sendiri?"
"Tidak.." Kamu dapat merasakan dia duduk di sampingmu, "tidak ada tempat yang bisa kukunjungi."
"Lalu kenapa kau pergi?"
"Mungkin sedikit kebimbangan..."
Perlahan kamu menyenderkan kepala ke bahunya dan dapat mencium aroma kayu yang agak manis. "Yah, setidaknya kau mengunjungiku... Vincent..."
Dia, Vincent hanya diam, ia menatap lurus ke depan tanpa arti. Entah bagaimana dia menemukanmu di sana. Melihatmu pergi ke tempat itu atau dia hanya kebetulan lewat. Tapi hal itu tidak menjadi masalah bagimu, yang mana saja boleh. Tapi ada satu yang mengganjal dalam pikiranmu. Kamu membuka mata perlahan.
"Kau tidak mengunjungi Lucrecia?"
Vincent menoleh dengan wajah yang sedikit terkejut lalu kembali menatap lurus ke depan. "Aku sama sekali tidak terpikir akan hal itu.."
"Bukankah kau mencintainya?" kamu berkata seakan-akan Lucrecia adalah orang lain, bukan ibumu sendiri.
"...Bukan yang seperti itu.."
"Eh?" Kamu berhenti menyandar dan melihat wajah Vincent.
"Aku hanya merasa berdosa.. Dosa yang tidak akan termaafkan... Dia sahabat yang baik.. Namun, aku membiarkannya menjadi seperti itu."
Kamu merasa sedikit lega. Sahabat, itu kata yang bagus. Namun di hatimu masih ada yang mengganjal. "Kurasa kau sempat mencintainya..."
"Mungkin... Tapi aku sendiri tidak tahu perasaanku yang sebenarnya... Apakah dia benar-benar kusukai, kusayangi, kucintai... Tapi kupikir itu hanyalah sebatas persahabatan saja..Dia wanita yang sangat baik, lembut, dan penyayang. Dia menghampiriku ketika senggang. Kami bisa berbicara apa saja." Vincent sedikit menghela napas, "tapi dia sangat ambisius..."
"Ambisius?"
"Ya... dia hampir melakukan apa saja demi pekerjaannya sebagai ilmuwan bahkan mengorbankan dirinya sendiri. Ketika itu Hojo melamarnya dan dia sangat senang, kupikir kalau dia bahagia tidak apa-apa.. Ternyata Hojo punya maksud lain, yaitu... yah kau tahu.. dan Lucrecia menyetujuinya walau aku sangat menentangnya. Dia sama sekali tidak mendengarkanku." Vincent tersenyum, "dari ceritamu, sepertinya dia menyesal..."
Kamu mengalihkan pandangan ke arah lain, "Mari bilang... Lucrecia sempat memiliki sahabat yang baik, tapi dia tidak tahu siapa."
"Mungkin aku mungkin juga bukan..."
Kamu tertawa kecil, "nah, jadi intinya kamu mencintainya atau tidak...?"
"Kau menanyakannya terus," Vincent terlihat ingin tertawa, "sebenarnya aku hanya menganggapnya sahabat yang sangat baik... Dia adalah penghilang rasa kesepianku, mungkin sudah seperti saudara sendiri..."
"Sungguh?"
"Yang kucintai itu kau, bukan dia..."
Kalau kamu berada di atas gunung berapi mungkin kamu akan terjun ke dalam kawah yang panasnya seperti api neraka saat itu juga. Apa yang namanya Vincent itu blak-blakkan? Entahlah tapi yang pasti kamu ingin sekali pergi dari situ sekarang juga, tapi sayangnya tubuhmu tidak bisa bergerak karena sudah kaku gara-gara kaget.
"...ke..kenapa?" tanyamu sambil benar-benar mengalihkan pandangan agar dia tidak bisa melihat wajahmu yang sudah seperti udang rebus.
"Kenapa ya...?" Vincent tersenyum dan tertawa kecil, "kau sungguh ceria, walau kau sedih tapi kau tersenyum, cepat emosi, berwajah bodoh kalau panik, lucu sekali.."
"A..apa katamu!" kamu menoleh dan berteriak, "lucu! Di mananya!"
"Waktu kita berada di kereta gantung... Aku ingin mengatakan kalau, hmn, sebenarnya aku ingin bilang kalau aku menyayangimu.. Tapi aku tidak mengerti alasannya, mungkin aku belum mengerti waktu itu. Tapi sekarang aku sangat mengerti, mungkin wajah Lucrecia-mu membuatku rindu, tapi aku menyadari kalau bukanlah wajahmu yang membuatku memiliki rasa itu. Kau sangatlah berbeda dengan Lucrecia, sangat bertolak belakang. Kau adalah kau, aku menyukai Shaffira. Shaffira yang tertawa, Shaffira yang menangis, Shaffira yang marah, Shaffira yang berteriak kesal, Shaffira dengan wajah merahnya."
Rasa tersanjungmu langsung terhapus begitu mendengar kata yang terakhir. "Apa maksudmu wajah merah! Memangnya aku tomat!" teriakmu.
Vincent tersenyum, "nah, yang seperti itulah... Yang kusukai darimu, sangat spontan.." Perlahan ia meraih tanganmu dan menarikmu agar kamu menghadap dirinya. "Aku ingin sekali melindungimu..."
Tidak ada wajah yang bersemu merah yang manis seperti di novel-novel, yang ada di dirimu adalah wajah seperti terkena demam. Dan tidak ada kata-kata yang keluar.
"Aku mencintaimu, Shaffira..."
Oke, kali ini kamu merasa lebih baik tenggelam dalam kolam Lifestream waktu itu. 'Memangnya yang namanya Vincent seterbuka ini, memangnya yang namanya Vincent itu seperti ini? AKU TIDAK TAHUU!' berteriak-teriak dalam hati.
"Bolehkah aku bertanya?"
"...Apa...?"
"Bagaimana denganmu?"
Kamu tidak bisa berkata-kata. 'Perasaanku, perasaanku..?' dan mencoba untuk tenang. 'Aku... aku...' Kembali teringat ketika Vincent menarikmu untuk kembali pada kelompok, menolongmu beberapa kali, menghiburmu, menghampirimu, menemanimu. Rasanya seperti tidak kamu sadari walau kau benar-benar sadar. Perasaan berdebar setiap dia menatapmu itu bukanlah rasa sayang, tapi jika mengingat hal lain mungkin yang itulah rasa sayang.
'Tunggu sebentar...' Pikiranmu mengelana. 'Aku... Aku... ingin sekali selalu berada di sisinya... Bahkan terkadang aku merasa bingung kalau memikirkan dia dan Lucrecia... Karena pilihan yang sulit... sulit.. dan rumit... Tapi, ketika dia bilang "sahabat", entah kenapa aku lega...' Lalu kamu berteriak di dalam hati, 'SHAFFIRA IDIOT! JADI KAU MENGANGGAP IBUMU SENDIRI SEBAGAI SAINGAN! YA AMPUN!'
Kamu menggeleng-gelengkan kepala berusaha untuk tidak berpikir aneh-aneh. 'Tapi sebenarnya juga bukan itu... Aku memang merasa nyaman bersamanya... Terkadang aku merasa kikuk di hadapannya.. Tapi aku tidak tahu perasaanku yang sebenarnya..'
"Aku tidak tahu..." ujarmu pelan. "A..aku selalu nyaman bersamamu, aku ingin selalu di sebelahmu, dan aku mungkin tidak ingin kau pergi ke manapun.. Tapi," kamu menghela napas pelan, "aku tidak tahu..."
"Kenapa?"
Kamu menggeleng pelan sambil tersenyum simpul, "entahlah..."
"Begitu?"
"Ya... Umn... Tolong beri aku waktu, setelah pertarungan terakhir ini..." Kamu mengangguk, "aku pasti bisa memastikannya... Aku harus membereskan semua memori ini terlebih dahulu..."
Vincent terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia menangguk pelan, "aku mengerti... Tapi berjanjilah..."
"Janji?"
"Berjanjilah kau akan bertahan, berjanjilah kau tidak akan mati pada pertarungan terakhir ini... Berjanjilah kalau kau akan memberitahuku setelah pertarungan ini."
Kamu tertegun. Kata-kata Vincent barusan terdengar sangat familiar di telingamu. "Ini adalah janjiku padamu. Jaga materia ini sampai aku kembali. Jika aku tidak kembali, materia ini menjadi milikmu..." Itu adalah kalimat Heiren, "Jadi aku akan mengambilnya kembali saat pulang nanti, dengan kata lain aku pasti pulang! Aku janji!"
Walau berbeda tapi intinya sama: pulang kembali dengan suatu sandera. Namun kali ini Vincent lah yang memintamu untuk berjanji.
"Bisakah seperti itu?" tanya Vincent.
Rasanya kamu ingin tertawa, 'aku seperti menerima karma...' kamu mengangguk dan tersenyum, "tentu! Aku akan berjanji... Aku janji! Tapi, begitu juga denganmu.. Janjilah padaku kalau kau juga akan bertahan.. Jika kau mati nanti, aku tidak mau arwahmu menggentayangiku." Kamu tertawa kecil.
Vincent tersenyum simpul, "aku berjanji..."



(Aww~ ngebayangin gua adalah Saffira... Vincent... aku akan langsung memelukmu..!! Dan gua ga pake mikir lagi buat ngomong IYA...!!)

(Skip... langsung pagi harinya...)

Suara Vincent membangunkanmu. "Sudah pagi," ujarnya.
Kamu membuka mata perlahan dan mengangguk. "Ah, semuanya sudah siap ya?" kamu mengusap matamu dan melihat yang lainnya bersiap-siap.
"Cloud dan Tifa sudah masuk pesawat," kata Red XIII, "kita harus cepat menyusul mereka."
"Yeah!" Cid terlihat bersemangat, "kita akan kejutkan mereka dengan suara mesin yang menyala tiba-tiba."
Kamu bangkit dan mengangkat tanganmu ke atas, merenggangkan tubuh seperti yang dilakukan Tifa sehabis bertarung.
"Tadi Tifa merajuk loh..." kata Red XIII, "sayang kau tidak melihatnya."
"Hah? Kenapa tidak ada yang membangunkan aku!" protesmu.
"Dilarang sama Vincent," jawab Barret sambil menunjuk Vincent, "lagipula kau tidur sudah seperti orang mati.. Terlalu nyenyak sampai tidak terdengar suara napas sekalipun."
"…" Vincent hanya bisa diam dengan tatapan bingungnya yang datar.
Kamu memegang kening dan mengeluh, "sayang sekali..."


(Skip dikit...)




"Red, mana Vincent?" tanyamu setelah sadar pemuda itu tidak muncul-muncul.
"Eh, dia ada?" Cloud bingung.
Kamu menoleh ke arah pintu keluar ketika mendengar suara langkah besi yang beradu. Vincent memasuki anjungan dengan tenangnya.
"Vincent!" dan Cloud terlihat kaget.
"Kenapa kau heran?" walau ekspresinya tidak berubah tapi terlihat lucu di matamu. Menurutmu Vincent terlihat serba salah. "Bukankah kau ingin aku datang?" katanya lagi.
"Bukan," Cloud menggeleng, masih takjub, "hanya saja kau selalu sangat dingin. Kukira kau tidak peduli apa pada apa yang sedang terjadi."
Mendengarnya tawamu langsung meledak. 'Cloud yang dingin mengatakan Vincent itu dingin,' "hahahahahaha!", 'apa-apaan itu.. aneh sekali... jadi orang yang dingin itu sebenarnya Vincent ya, bukan Cloud.'
Vincent memandangmu dengan tatapan "hentikan tawamu", tapi tetap saja kau tidak bisa menghentikannya, Vincent pun hanya menggelengkan kepalanya pasrah. "Dingin?" ujarnya, "Hmmm... Kurasa aku memang begitu. Maaf."
"Maaf Vincent..." kamu menahan tawamu, "habisnya... khkk..khk..hihihi.."
Pemuda itu melakukan salto ke belakang dan mendarat di pelataran sudut. Dia memasang wajah yang mengeluh. Tawamu sudah berhenti ketika bunyi seperti bunyi radio yang tidak tepat tuning-nya. Semuanya menoleh ke tubuh Cait Sith yang mengeluarkan kedap-kedip lampu. Kucing itu menyala kembali dan terbangun.
"Coba lihat ini," kata Barret, "manager ShinRa telah kembali."
Cait Sith berdiri dan membungkuk di depan semua orang. Dia membungkuk dalam-dalam, "uh, maaf tapi... Aku ingin ikut bersama kelompok utama, tapi aku tidak bisa pergi... Beberapa orang di Midgar menahanku." Dia berdiri tegak, "aku tahu badanku hanya boneka binatang, tapi aku akan berusaha keras." Lalu ia melangkah ke tempat dia biasanya berada, dekat panel kendali sekunder.



Yap... langsung ke bagian setelah mengalahkan Sephiroth, pas Cloud dkk (minus Cloud yang bertarung dengan aslinya) mo ke Midgar buat nyelametin penduduk dari meteor.... Oh... Vincent yang rela mengorbankan nyawanya demi gua... /plakk (hiraukan saja anak ini)


Kamu berlari dengan kencang menuju ke atas kawah, pikiranmu bercampur aduk antara bayangan Cloud dan Sephiroth, lalu kekhawatiranmu terhadap Reno dan Rude yang mungkin masih di Midgar. Langkahmu yang terlalu terburu-buru membuatmu tergelincir, tapi kamu tidak menyerah dan berlari maju lagi. Kamu harus melompati salah salah satu jeda antara batu, ketika mendarat tanah pijakanmu runtuh dan kamu terperosok jatuh ke dalam kawah.
Tubuhmu terlempar ke atas dan mendarat di sebuah pelataran batu. Kamu panik dan melihat ke bawah kawah, Vincent jatuh ke dalam kawah. Pemuda itu telah menolongmu dengan menjatuhkan dirinya sampai bisa menggapaimu dan melemparmu ke atas untuk menolongmu. Namun, dialah yang terjun ke dalam kawah sekarang tanpa bisa mencari sesuatu atau cara agar tidak jatuh lebih dalam lagi.
"VINCENT!" tanpa pikir panjang kamu menjatuhkan diri ke dalam kawah, sampai bisa menggapainya tangannya.
"Kau bodoh! Aku melemparmu agar kau lolos!" maki Vincent di tengah terjun bebas itu.
"Kau yang bodoh! Aku kan punya rantai!" kamu balik memaki, dengan cepat mencabut rantai dan melemparnya ke atas.
Rantai menembus salah satu pelataran dan tersangkut di sana. Kamu dan Vincent tergantung di bawahnya. Kamu menghela napas lega, lalu beralih pada Vincent, "kau...berat..."
"Bisa tarik aku ke atas? Aku yang akan memegang rantaimu.."
"Tidak bisaaaa..." keluhmu sambil berusaha menariknya.
"...Kau tidak perlu terjun menolongku kan... Aku ini melemparmu agar kau selamat..."
"Dan kau nanti yang tidak selamat!"
"...memangnya kenapa?"

"Hah! Bodoh ya, kau tidak selamat mana bisa aku lanjutkan perjalanan! Yang ada aku depresi sampai kawah ini menyemburkan api! Aku tidak mau kehilanganmu! Tidak mau! Jangan harap aku akan memaafkanmu atau berterimakasih padamu karena sudah menyelamatkanku dan kau mati karenanya!"
Vincent terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, "kau aneh..."
"Vinceeent! Shaffiraaaa! HOOOI!"
Kalian mengadah ke atas dan melihat Yuffie melambai-lambaikan tangannya, "sedang apa kalian di sana, hah? Bermain gelantungan?" tanyanya dengan suara renyah. "Aku menyusul untuk membantu evakuasi! Tapi sekarang kenapa kalian yang malah harus dievakuasi!" omelnya.
"Yuffie! Tarik kami ke atas! Bisa tidak!" teriakmu.
"Tidak bisa! Susah!"
"Apa!"
"Aku akan memanggilkan helikopter! Kalian jangan jatuh sebelum aku datang!" Gadis ninja itu melompat pergi.
Kamu menghela napas lelah, "jangan berbuat nekat lain kali..." ujarmu pada Vincent.
"Kau sendiri suka berbuat nekat kan?"
"Tapi aku tidak mengorbankan nyawaku sendiri..."
"Waktu di Mideel? Kau ingin menolong Tifa dan Cloud sampai tidak memperdulikan nyawamu."
"...aku kabur juga kok akhirnya..."
"Tapi tetap saja resiko tinggi..."
Angin berhembus memecah keheningan sesaat di antara kamu dan Vincent.
"Iya, maaf..." akhirnya kamu berucap juga.
"Hmn..." Vincent melihat ke atas, "Yuffie sudah datang..."

(Skip... langsung pas Yuffie nyelametin Vincent di atas reaktor)

"Cepat...cepat..." Kamu gemetar dan cemas. "Yuffie! Belum juga!" teriakmu pada komunikator.
"Sedang menuju ke sanaaaaaa!"
Kamu dapat mendengar suara angin dan mesin dari komunikator, Yuffie benar-benar sedang menuju ke sana. Sebuah suara ledakan mengalihkan perhatianmu, ledakan yang berasal dari petir yang menyambar di pengontrol meriam Mako-tempat kamu mengalahkan Hojo dulu- itu membuatmu bertambah cemas. Tidak begitu jelas, tapi kamu masih bisa melihat pilar dan tangga besi yang runtuh.
"Ya, Tuhan, ya , Tuhan..!" gigimu gemeretuk tidak karuan.
Petir menyambar ke tempat itu lagi, kamu menggigit bibir bawahmu.
"VINCEEEEEEEEEENT!" terdengar teriakan Yuffie dari komunikator. Kamu mencoba mendengarkan dengan seksama, terdengar suara ledakan dan lainnya, kemudian suara lelah Yuffie.
"Yuffie! Yuffie!" panggilmu panik.
"Shaffira...." suara Vincent.
"Vincent! Hei, kau baik-baik saja! Sial! Jangan berbuat nekat seperti itu!"
"...maaf.. tapi... hmn.. sebaiknya kujelaskan nanti, kami akan ke tempatmu."
"Kutunggu... cepatlah..."
"Ya..."
Komunikasi dimatikan dan kamu beralih pada Reeve. "Sebentar lagi mereka akan data..." petir besar yang menyerupai pilar menyambar tepat 2 meter di sebelahmu, kamu dan Reeve terlontar dan jatuh di atas aspal yang penuh batu. Kamu mengumpat dan memanggil Reeve, bertanya jika dia baik-baik saja. Reeve mendesakmu agar cepat naik helikopter dan pergi dari situ.
"Cepat!" desak Reeve, kamu terpaksa mengikutinya karena situasi di sana sudah tidak memungkinkan.
Kalian berdua bergegas naik helikopter, kamu membiarkan pintunya tetap terbuka agar Vincent dan Yuffie bisa masuk nantinya. Helikopter mulai lepas landas dan kamu melihat sebuah hoverbike melayang dengan kecepatan penuh ke arah helikopter.
"Vincent! Yuffie! Cepaaaaaat!" teriakmu.
Hoverbike meluncur masuk ke helikopter, kamu segera memerintahkan agar pintu helikopter ditutup. Begitu pintu sudah tertutup rapat kamu menghela napas lega sampai kakimu terasa lemas. Petir menyambar lagi, kali ini di samping helikopter dan membuatnya sedikit bergoyang. Pilot pun segera menerbangkan helikopter menjauh dari Midgar.
Kamu menarik Vincent dan segera mengomel, "bisakah kau tidak berbuat nekat beberapa kali dalam sehari! Kau membuatku cemas! Kupikir kau akan tersambar petir dan tertimbun bersama rongsokan besi di sana!"

"Shaffira..." Yuffie terkapar di lantai, wajahnya pucat dan tangannya memegangi mulutnya, "tolong jangan berteriak seperti itu... Aku bertambah... urkk.. mual... huee..."
"Ah... maaf, Yuffie..." kamu menghampiri Yuffie, "terima kasih..."
"Bukan masalah... tapi sekarang masalah helikopter...ugh..." Yuffie sama sekali tidak bergerak, bahkan mungkin ia tidak ingin bernapas.
Kamu menghela napas, 'untunglah... semua tidak apa-apa...' "Aku akan lanjutkan omelanku nanti, Vincent," ujarmu galak. "Reeve.. Kita akan ke mana?"

(Skip dikit aja... Hohoho... gua marahin Vincent nih...) 



"Ah, Shaffira!" Marlene berlari memelukmu, "di mana papa, Tifa, dan Cloud?"
Kamu tersenyum dan berlutut untuk menjajarkan tinggimu dengan tingginya, "mereka baik-baik saja dan mungkin sedang menuju ke sini, mereka telah bertarung dengan hebatnya demi Planet ini."

Marlene tersenyum, ia mengangguk dengan senang, "ya, aku tahu itu."
Kalian semua duduk mengelilingi meja tengah. Elmyra membuatkan kalian teh dan Marlene semug susu panas.
"Ah, iya.." kamu teringat sesuatu dan beralih pada Vincent yang duduk di seberangmu, "kau! Aku belum selesai menceramahimu!" Lalu kamu mengomel panjang lebar agar Vincent tidak melakukan hal nekat lagi, kamu berbicara sangat cepat sampai semua yang ada di sana terdiam melihatmu. Vincent hanya bisa menunduk dan sesekali mengangguk. Kamu berhenti mengomel ketika mendengar tawa kecil Marlene.
"Um.." wajahmu langsung memerah malu.
"Nah, Shaffira, kau benar-benar mencintai dia ya..." kata Marlene dengan polosnya.
"Hah...?" kamu ternganga dan salah tingkah.
"He? He?" Yuffie terlihat tertarik dan segera mendekati Marlene, "benarkah seperti itu? Benarkah? Kau tahu dari mana, gadis kecil?"
"Jika seseorang yang dicintainya melakukan hal yang berbahaya, maka dia akan memarahinya. Bukan marah karena benci tapi karena benar-benar sayang," Marlene tertawa kecil, "setidaknya itulah yang Papa bilang."
'Barret...' kamu menundukkan kepala dengan lemas, 'bisa juga dia bilang seperti itu... Yah, dia seorang ayah sih...' "Yah.."
"Wah-wah.. Lagipula kalian pasangan yang sangat serasi," tambah Elmyra, "apa kalian berniat menikah nanti?"
Kali ini Vincent yang salah tingkah, ia memalingkah wajah tanpa berkata apa-apa sementara kamu mulai berkata dengan terbata-bata, "ti..tidak seperti itu... anu, maksudku... aku sudah terlalu tua... eh, tapi aku masih muda sih... tapi.. Hei, BUKAN ITU! Maksudnya adalah.." kamu menggerutu sendiri, "apa saja deh..." lalu pasrah.
Semuanya langsung tertawa. Kamu menepuk kepala dengan pasrah lalu meminta izin untuk keluar dari ruangan. Reeve dan Yuffie tertawa meledekmu dan kamu hanya bisa berteriak dengan aneh agar mereka menghentikan ledekannya. Vincent tidak ikut keluar, kamu tidak bisa membayangkan apa yang Yuffie dan Reeve akan katakan padanya. Kamu memilih untuk tidak ikut campur agar wajahmu tidak memerah dan salah tingkah lagi.

Kamu berjalan ke arah jendela, dari situ kamu bisa melihat Midgar dengan cukup jelas. Meteor mulai mendekat, kamu mengira-ngira mungkin beberapa ratus meter lagi atau mungkin lebih. Kamu menoleh ketika mendengar langkah kaki yang mendekat, Vincent berhenti di sebelahmu dan ikut melihat ke luar jendela.
"Sedikit lagi ya..." ujarnya pelan.
Pandanganmu kembali ke arah Midgar dan meteor. "Ya," jawabmu pelan, "apakah... Holy dan Planet akan menghentikan meteor itu?"
"Aku tidak tahu..."
"Aku ingin melihat dunia yang damai dan indah..."
"Semua orang juga menginginkan itu..."
"Aku ingin semua orang tersenyum dan tertawa bahagia hidup di planet ini..."
"Semua orang juga mengharapkan itu..."
"Aku tidak ingin planet ini hancur..."
"Semua orang juga tidak ingin hal itu terjadi..."
Kamu memeluk Vincent tiba-tiba seperti menabraknya. "Aku tidak ingin kehilanganmu..." ujarmu pelan dan memeluknya makin erat.
Walau kamu tidak bisa melihat ekspresinya, kamu tahu dia terkejut. Vincent tidak menjawab apapun untuk beberapa saat. Perlahan dia menyentuh kepalamu dan membelai rambutmu dengan lembut lalu balas memelukmu. "Aku juga tidak ingin kehilanganmu..." jawabnya pelan namun menenangkan.
"Terima kasih..." kamu mengadah untuk melihat wajahnya dan tersenyum, "aku sangat mencintaimu..." lalu kembali memendam kepalamu dalam pelukannya.
Vincent memelukmu makin erat dan berbisik, "ya... aku juga sangat mencintaimu..."
Meteor memang telah mendekat, rasanya bahkan seperti ajal planet. Tapi kamu tidak peduli, yang penting sekarang Vincent ada di sebelahmu dan kamu tahu perasaanmu. Rasanya kamu ingin tertawa tapi juga menangis.
"Datang..."
Kamu memejamkan mata dan melihat Cloud yang menebas mengalahkan Sephiroth dalam inti planet. Sephiroth yang berlumuran darah menatap dengan benci dan tidak percaya, lalu ia menghilang bersamaan dengan cahaya yang keluar dari tubuhnya. Kamu membuka matamu lalu menangis pelan. Vincent yang tidak mengerti kenapa kamu menangis, hanya bisa mendekapmu tanpa berkata apa-apa. Walau begitu, tetap saja terasa menenangkan. Kamu mengusap air matamu dan tersenyum. Vincent juga tersenyum dan berkata semua akan baik-baik saja. 









Yak... itulah sekelumit -plakk- err, ralat, sekelumat dari bagian yang gua suka. Keren kan?
Oh... gua jadi makin cintaaa deh ama abang Vinnie...~ (berlari sambil merentangkan tangan memeluk Vincent)