~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*
Jumat, 02 September 2011

Randomness

Sesuai judulnya, hari ini SUNGGUH random.
Pagi-pagi ngerjakan pe-er dengan ga niat.
Siangnya nge-net (rencananya sih mau buka FB doank, ujung-ujungnya mengembara ke Zerochan -__-;)
Sore ini, dapet foto RANDOM hasil googling di Zerochan. >w<


 Kyaaaa~ X3 Hibari Kyouya yang lagi senyum lembut-lembutnyaaa~
So cute, isn't it? :3
My Kyoya-kun~ #tonfaed

Dan ini Masterpiece imutnya:


Raepface... OAO imuuuuuuut X3

Dan....


...PFFFFT. BOTOL KIRI ITU APAAN??! XDDD

Dan gue ga tahan ngepost Tom yang masih 'seger-seger'nya gini nih... Rawr.

...Ohmai. Apa-apaan gayanya ituu?! 8Q


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan gua GA TAHAN BUAT POST YANG SATU INII.

TERLALU IMUT UNTUK GA DIPOSTING TAUUUU...!!!!
.
.
.
.
.
Ahem. Sori buat ramblingan random gue barusan.
Yah, entri ini juga random sih. *garukin tanah dipojokan*

Kamis, 10 Februari 2011

Yaoi Addict!

...Bleh.
Aku beneran jadi Fujoshi akut. Ah...galaunya hatiku =A="
Pengen share gambar yang OHMAI-GILA-MANTAB-HOT di blog....tapi ntar rate blog gua naik, jadi mesti pake yang Mature lagi... =n=" 
Kemaren gua share foto-foto hotta tongue kiss dan yang pake jilat-jilatan....




ohshied bahasa gue.






Dan sekarang gua lagi baca manga Togainu no Chi yang.... bikin gua ngabisin tisu satu gulung. *masukin tisu baru di lubang hidung*
Makin lama gua beneran anemia nih kehabisan darah. Dan akhir-akhir ini... gua mulai menjadikan cowok-cowok di kelas gua sebagai pelampiasan akan nafsu fujoshi gua.






Bersyukurlah kalian karna gua ga bisa pake Photoshop.






...cih. Entah kenapa mood gua lagi buruk.
.
.
.
.
Dan sekarang jadi hepi setelah ngeliat ciuman berlidah yang berlapis saliva itu.... *ngelap darah dari idung*




Hahaha. Entri ga penting sih ini. Tapi buat nambah-nambahin arsip lah XD.
.
.
.
.
Hah, bahkan walau sebentar lagi Maulid, gua bukannya insaf baca Yaoi malah nambah parah gini... =_______="

Sabtu, 08 Januari 2011

MIRACLE 69 Chapter 1

...Disini masih belum ada chara Twilight. Adanya OC gua lagi dari cerita gua yang lain. Ada note penting di bawah. Yah, sedikit spoiler buat chapter berikutnya.


Disclaimer: ...Please deh, loe-loe pada ga sebodoh itu kan sampe ga tau siapa pengarang Twilight Saga?


Rate: Masih T. Gua ga minat bikin M kecuali gua bikin fanfic YAOI. fandom KHR pastinya #curcolgapenting


Genre: untuk chappie ini mungkin mungkin ada humor garing


Warning: OC's untuk chappie ini, fakta yang (tidak) nyata, mungkin ada beberapa bagian kerasa ga nyambung.


Dan yang paling penting... DON'T LIKE, DON'T READ!


Happy Reading. 






Miracle 69
By KiReiKi a.k.a Reisa







Awan-awan putih berarak pelan menutupi mentari sore. Lazuardi di ufuk barat berpendar menjadi warna jingga dan ungu. Kerumunan orang di trotoar memadat seiring hari mulai senja karena dipenuhi orang-orang yang pulang dari kantor ataupun sekolah. Sore yang indah untuk kota Tokyo hari ini.


Seorang pemuda berambut icy blue berjalan perlahan memasuki sebuah rumah tradisional jepang yang di papan namanya bertuliskan ‘Reka – Zach’. Ia tidak menuju pintu masuk; tapi menuju taman yang berada di sisi rumah. Taman khas jepang yaitu kolam ikan dengan bambu airnya. Herannya, penerangan di luar bukan dari lampu taman khas Jepang, tapi dari deretan lampion yang digantung di dahan-dahan pohon sakura yang tumbuh di situ. Juga digantung pada sisi-sisi rumah dan beberapa tempat yang dirasa gelap.


Jubah hitam semata kaki miliknya berkibar pelan tertiup angin. Perlahan, ia berjalan mendekat ke arah seorang gadis berpakaian yukata hitam dengan ornamen bunga sakura yang sedang duduk santai di teras depan kolam.


Rambut hitam sang gadis tersibak berantakan dipermainkan angin, memperlihatkan iris matanya yang sehitam malam. Bibir tipisnya menyunggingkan senyuman-tidak, mungkin lebih tepat disebut seringaian.


Okaeri [1], Reiki.” kata gadis berambut hitam menyapa pemuda yang berambut agak ‘unik’.


Tadaima [2], Reika-san.” jawab Reiki. Gadis berambut hitam itu mendengus.


“Sudah kubilang, namaku itu ‘Re-ka’. Bukan ‘Re-i-ka’! ” Gadis itu-Reka berseru dengan jengkel.


Reiki mengerjap. “Ah, gomen [3]. Nama Re-“ Reiki terhenti sebentar, “ka-san hampir mirip dengan namaku, sih.”


Reka menghela nafas. “Hah, sudahlah.” Ia menyibak poni yang menutupi matanya sebelum melanjutkan, “Bagaimana?”


“Berjalan baik. Tidak ada kerusakan atau masalah pada sistem.” Jawab Reiki datar.


Senyuman ala Chesire Cat mengembang di bibir Reka. ”Ah, ini berjalan lebih cepat dari perkiraanku.” Reiki mengerjapkan mata.


“Ternyata humormu masih tidak lucu ya, Reka-san.”


“Yah,” Reka bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke Reiki, “tapi tetap saja aku masih punya selera humor.” Reka menjulurkan lidahnya mengejek.


“Sayangnya,” sepasang tangan besar merengkuh tubuh kecil Reka ke dalam rangkulan seseorang yang berdiri di belakang Reka, “aku lebih suka dirimu tanpa selera humormu itu, Milady.” Hembusan nafas dingin menggelitik leher Reka.


Gadis bermata onyx itu merona dalam sekejap, walau begitu ia masih sempat menyikut sesuatu-bukan, seseorang-yang-dari-sikapnya-saja-sudah-mesum itu.


“Apakah aku harus mengatakannya berulang kali, Zach? Jangan. Sebut. Aku. Lady.” Reka mengatakannya dengan suara rendah. Hampir menggeram. Walau ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang masih memerah karena perbuatan pemuda-vampir-penggoda-wanita-bermuka-mesum-yang-sungguh­-menyebalkan itu tadi.


“Wah, wah. Pertangkaran kekasih lagi. Sebaiknya aku pergi ah.” kata Reiki. Masih dengan nada monotonnya.


Reka mendelik ke arahnya. “Siapa yang kau sebut kekasih, bocah?” geramnya. Aw, wajahmu setingkat lebih merah, Reka.


“Tentu saja kita, animule mi [4]. Memang siapa lagi?” seringai mesum muncul di wajah Zach. Yang langsung mendapat ciuman penuh cinta (?) dari tonfa di tangan Reka.


“Tuh, kan. Mulai lagi.” Sebuah perkataan tidak penting dari Reiki.


“Aku. Bukan. Kekasih. Mu!”


“Aw... tsundere Reka keluar tuh....” apakah kau sadar telah mengucapkan kalimat pengantar kematianmu sendiri, Zach?


Tubuh Reka bergetar. Empat sudut siku-siku muncul di pelipisnya. Walau begitu, mukanya tetap merah. Tambah merah malah.


“Aku... aku... akan membunuhmu.” Dan Reka menerjang Zach hingga mereka berdua jatuh dengan tangan Reka sudah merayap ke leher Zach, bersiap-oh, bukan, sedang mencekik Zach.


Walaupun kejadian itu lebih mirip awal dari adegan 17 tahun ke atas mengingat posisi Reka yang duduk di atas dada Zach sedangkan kedua lututnya menahan lengan Zach, plus wajah Reka yang warnanya sudah me-ji-ku-hi-bi-ni-u (?).


Dari angle manapun akan terlihat seperti seorang gadis agresif yang sedang mencoba me-raep pemuda berambut raven itu-yang kelihatannya ‘pasrah-pasrah’ saja. Well, minus tangan Reka yang masih mencekik leher Zach.


Dan, kenapa kau malah merekam adegan raep-tapi-bohong itu, REIKI??


“Kejadian ‘indah’ dan gratis seperti ini sayang kalau tidak diabadikan.”


. . .


. . . well, narator terpaksa membenarkan perkataanmu, Reiki.


Tapi, sepertinya kau sudah tidak takut kehilangan nyawamu jika sampai video rekaman itu dilihat Reka, ya.


“... oh, aku lupa.” Dan Reiki menyimpan video –yang entah ia dapatkan dari mana tadi- setelah jika diperhatikan durasi video sudah berkisar 10 menit.

.

.

.

Tunggu, SEPULUH MENIT?

.

.

Berarti, mereka berdua masih dalam posisi raep-tapi-bohong itu, donk?

.

.

.

.

Oke. Narator akan menghentikan bacotan ga jelas ini sebelum author benar-
benar ngelempar bakiak ke arah narator. Back to narasi asli.



Reka dan Zach masih asyik dengan kegiatan cekik-mencekiknya –walau sebenarnya Reka yang mencekik Zach, sedangkan Zach hanya tertawa dan menampilkan seringai menyebalkan- sampai akhirnya Reka membeku. Zach berhenti tertawa mengejek, sekarang ia melihat mata onyx itu yang sedang kehilangan fokusnya.


“... Reka?”


Tiga detik berikutnya, Reka menyeringai. “Dia akan datang.”


Kening Zach berkerut samar. “Dia?”


“Ya, dia.” Reka melirikkan matanya ke arah Reiki yang ada di belakang mereka. Ia kemudian bangkit dari atas tubuh Zach, membersihkan yukata yang dipakainya dari debu tanah. Ia berjalan kembali ke teras, dan duduk di pinggirnya.


“Reiki, semua sistem sudah diuji coba kan?”


“Ya. Dan tidak ada masalah, Reka-san.” Reka tersenyum senang.


“Baguslah. Karena dia akan datang sebentar lagi.”


Reiki berjalan ke depan Reka, sedangkan Zach sudah dari tadi duduk di samping Reka. “Apakah aku harus ikut dia?”


Reka menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Kau masih harus disini, biarkan dia melakukan perjalanannya sendiri,” Reka mengibaskan rambut hitamnya ke belakang punggung sebelum melanjutkan.


“Miracle 9: RE-EQ.”
­­­­­­­­­­­­­­­­­

_______________________________________________________________



Malam baru saja datang. Terbukti dari semburat-semburat ungu muda dan biru muda di langit. Well, ini masih jam 7 sih.


Rumah tradisional Jepang itu nampak sepi dari luar. Well, bukan berarti di dalam rumah keadaannya ribut. Hanya saja, terlalu sepi untuk ukuran rumah biasa di jam 7 malam.


“Kapan ia akan sampai?” tanya seorang pemuda berambut raven berwarna icy blue­  pada Reka yang sedang meminum tehnya.


“Well,” Reka meletakkan gelasnya ke nampan, lalu ia berdiri dan berjalan ke arah pohon sakura. Mata onyx Reka berubah perlahan menjadi ruby yang berkilat bening sebelum ia melanjutkan, ”sekarang.”


Tepat sesaat setelah Reka menyelesaikan kalimatnya, muncul magic circle di depan pohon sakura, tepat di depan Reka. Lingkaran yang terbuat dari alur angin yang berwarna biru, membentuk lingkaran perlahan-lahan. Terbentuk simbol-simbol yang bergabung dengan lingkaran, dengan alur membentuk sayap di tengah lingkaran.


Perlahan, udara memadat, dan pusaran angin berwarna biru terbentuk di tengah lingkaran. Lalu, muncullah sesosok gadis berambut ­icy blue sebahu, yang dari sudut manapun bagai pinang dibelah dua dengan Reiki. Warna rambut yang sama, mata yang sama, wajah yang benar-benar mirip walaupun Reiki terlihat lebih gagah. Bahkan pakaian pun sama, kecuali gadis itu mengenakan celana pendek sepaha sedangkan Reiki memakai celana panjang.


“Selamat datang di kediamanku, Pengelana.” sapa Reka dengan gaya anggun yang misterius.


Gadis itu mengerjapkan matanya. Ia menoleh sekelilingnya, berusaha mengenali lingkungan, sementara magic circle di bawah kakinya mulai menghilang. Lalu ia kembali menatap Reka.


“Apakah kau... Alazier-san?” tanya gadis itu.


Reka tersenyum tipis. “Ya, itu salah satu sebutanku. Dan kau ke sini karena ada permintaan kan?”


Gadis itu mengangguk.


Ia baru membuka mulutnya tapi langsung dipotong Reka. “Well, kau ingin pergi ke tempat program ‘Heart’ itu, sesuai yang diinginkan ‘pembuat’mu.”


Gadis itu terdiam sebentar, sebelum akhirnya mengangguk lagi.


“Tapi,” Reka berjalan mendekat ke arah gadis misterius itu, “kau tahu bahwa setiap permintaan selalu ada harganya, kan.”


“Ya. Apa yang bisa kubayar?”


“Masa waktu tenagamu.” Reka mengangkat tangannya. “Tenagamu akan lebih lemah, dan masa waktumu dalam keadaan ‘on’ akan lebih pendek. Itu setimpal.”


Mata gadis itu membesar, walaupun ekspresinya masih datar. “... apakah tidak bisa yang lain saja?”


“Well, tidak. Karena keduanya setimpal. Aku tidak bisa membantumu jika ‘harga’nya lebih kecil atau lebih besar. Lagipula, itu bukan berarti kau akan ‘off’. Hanya saja, waktu ‘on’ hanya setengah hari, tidak bisa seharian penuh seperti biasa.”


“... bagaimana kau bisa tahu?”


Reka tertawa kecil. “Kau lupa ya?. Aku ini Alazier.”


“... ah, ya.”


“Jadi? Bagaimana?”


“...” “... baiklah.”


Reka menyeringai. “Oke.”


Ia merentangkan tangannya ke arah gadis itu, sesaat kemudian arus angin berwarna kuning meluncur keluar dari tubuh gadis itu, dan berkumpul membentuk pusaran angin di telapak tangan Reka.


“Harga sudah diterima.”


“Reiki,” Reka menoleh ke belakang, “tolong bawakan ‘itu’.”


Gadis itu juga menoleh ke arah Reiki, dan matanya membesar saat melihat Reiki. Seperti melihat bayangannya sendiri! Walaupun rambutnya lebih pendek dan pakaiannya agak berbeda model dengannya. Dan yang pasti, dia laki-laki.


“Baik.” Reiki mengangguk. Lalu ia masuk ke dalam rumah.


“Kau terkejut kan, ‘Miracle 6: Q-RAY’?” kata Reka sesaat setelah Reiki pergi.


Kirei mengerjap, ia menatap Reka. “Bagaimana... ah, ya.”


Reka tertawa kecil. “Kufufu... dia itu ‘Miracle 9: RE-EQ’. Model yang kubuat berdasarkan persetujuan ‘pembuat’mu. Bisa dibilang, dia adalah kembaranmu.”


“Setto-sama tidak pernah mengatakan aku punya ‘kembaran’.”


“Oya... karena aku yang memintanya tidak menceritakan itu.” Reka menoleh ke arah Reiki yang baru keluar dari rumah. Di tangannya ada sebuah kalung dengan bandul berbentuk lambang nada kunci G, dan sebuah lagi berbentuk lambang nada kunci F.


“Ini, Reka-san.” Kirei menyerahkan kedua kalung itu pada Reka.


“Yak,” Reka menyerahkan kalung dengan bandul berbentuk kunci nada G pada Kirei, “pakai ini.”


Kirei menurutinya. Ia memakaikan kalung –yang lebih mirip tanda pengenal- 
itu ke lehernya. Mengunci kaitannya di belakang leher, kalung itu kini terpasang sempurna di lehernya.



“Aw... kau tampak imut~” kata Reka gemas.


“...”


“Yah, ayo kita mulai saja perpindahannya.”


Dan kemudian, kembali muncul magic circle di bawah kaki Kirei. Tapi kali ini 
alur sayapnya berwarna merah. Dan muncul tirai tipis berwarna biru mengelilingi tubuh Kirei.



“Sampai jumpa,” kata Reka saat setengah tubuh Kirei menghilang tertelan tirai. “dan semoga berhasil.” lalu tubuh Kirei pun lenyap sepenuhnya.

_________________________________________________________________






[1]: 'Selamat datang'. Biasanya sih buat nyahut kayak 'Wa'alaikum salam' gitu.
[2]: 'Aku pulang'. Sama kayak 'Assalamu 'alaikum' gitu. Tapi biasanya klo ngomong 'Tadaima' dulu baru disahutin 'Okaeri'.
[3]: 'Maaf'. Kepanjangannya 'Gomennasai'.
[4]: 'Sayangku'. Bahasa Latin.


(Music Background: Invouke - Gundam Seed Opening)

A/N: Nyah nyah. Chapter depan kayaknya bakal ada adegan battle. Dan gua berusaha ga bikin Kirei jadi Mary Sue banget. Yah, adalah dikit. Dikiiit.
Trus Chapter 3 gua pake POV (sudut pandang) sang Alpha yang sebenernya adalah Beta. Nyehnyeh.
Chapter 4... gua benci harus make dia, tapi apa boleh buat lah. 



Gua pake Bella's POV. Yah, aslinya gue pengen make Edward's POV. Tapi gua males klo mesti bikin narasi pikiran-pikiran para tokohnya. Lagian gua juga ga bisa bikin karakter Edward tanpa membuatnya Out Of Character.

So... kayaknya ini aja.




Yang suka monggo tunggu chappie selanjutnya. Yang ga suka, ngapain baca? Bukannya udah dibilang di bagian paling atas entri tadi?
Dan tolong dibaca sampe selesai, klo ga, gua ga nanggung klo kehilangan sedikit plot. Gua ga nerima komen tentang ga nyambungnya cerita lho... wong udah ada Warningnya di awal entri tadi. *smirk*