~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*
Sabtu, 09 Oktober 2010

Aishiteru, Ao-kun! Part 14

.... Gua kebelet pengen post yang ini. Because keren banget kata-kata English-nyaa..!!
But... kayaknya gua bakal HIATUS ngerjain yang ini... gua mau fokus ngegambar aja deh dulu... hohoho
-kabur sebelum ke timpuk-

_______________________________________________________________________________



5

Sekolah, jam olahraga, lapangan indoor.
Anton dan Rena merasa ada yang aneh pada Ao. Ao terlihat sedikit lesu saat olahraga basket, sepertinya ada yang dia pikirkan sehingga sering terlihat melamun sendiri.
“ Anton, kok kayaknya Ao hari ini kelakuannya aneh...? Kayak ada yang lagi dipikirin…. Hari ini jutek banget, walaupun biasanya jutek juga sih…” tanya Rena sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“ Gue juga ga tau…. Gimana kalo kita tanya aja yuk?” sahut Anton. Mereka mendekati Ao yang sedang duduk sendiri waktu istirahat beberapa menit.
“ Ao, lo kok lesu banget sih…. Lo kenapa? Sakit? Klo gitu kita ke UKS aja.” tanya Rena khawatir.
“ Aku nggak kenapa-kenapa. Memang kenapa?” Ao malah balik bertanya.
“ Lo kok waktu main basket tadi keliatan lesu banget..? Dikira orang lo ga bakal bisa masukin bola. Tapi ni orang tetep aja bisa masukin bola berkali-kali walau keliatan banget lagi ngelamun. Jadi iri nih gue, gue yang konsentrasi banget masukin bola cuma 2, itu juga masukin 1 bola waktunya 30 menit. Lo 1 menit 1 bola..! Lo sebenarnya pake jurus apa sih?” sahut Anton berapi-api.
“ Iya. Lo udah berapa kali kepergok lagi bengong, emang ada apa nih? Kan kasihan sama fans-fans lo itu, mereka pada ribut ngomongin elo,” sambung Rena menggoda Ao.
Ao menatap Rena datar.
“E... Ao...?” Rena salah tingkah dilihatin Ao.
“Apa?”
Rena salting banget sekarang. “Ngapain lo... ngeliatin gue kayak gitu...?” Waw... ada apakah dengan Rena?
Seketika Ao mengerutkan keningnya. “Memangnya kenapa?”
Rena menelan ludah sebelum menjawab, “Gue masih belum mau mati dikeroyok para fans lo itu, jadi jangan ngeliatin gue kayak gitu. Daritadi gue merasakan aura hitam dari para fansclub lo.” Oh, ternyata....
“Ah, gomennasai.”
Anton menepuk bahu mereka berdua, sambil menggelengkan kepalanya (sok) pasrah. “Aduh kalian berdua... gue nggak dianggap ada ya di sini?” Anton menangkupkan tangannya di dada dengan dramatis. Rena yang melihatnya berekspresi jijay, sementara Ao tetap dengan ‘poker face’nya.
“Sumpah lo kayak banci, Ton” kata Rena dengan ekspresi ‘Iueh...’. Dan Rena pun mendapat jitakan ‘tampan’ dari Anton.
Dan dimulailah ronde kedua ‘pertempuran’. Yak! Kedua peserta sudah mengeluarkan deathglare masing-masing ke arah lawannya. Dari sudut merah, Anton bersiap-siap mendaratkan jurus ‘jitakan tampan’nya lagi ke Rena. Di sudut biru, Rena ancang-ancang mengeluarkan jurus ‘cubitan cabe rawit’ kepada Anton. Oh... mereka begitu bernapsu menjatuhkan lawannya, saudara-saudara! Baiklah, kedua peserta sudah sangat  siap, para penonton pun sudah tidak sabar menantikan pertarungan sengit keduanya. Jadi, langsung saja.... Mulai!
BUAKK!
Sebuah bola basket mendarat tepat di kepala mereka berdua. Kemudian memantul ke arah Ao, lalu Ao sedikit memiringkan kepala tepat saat bola itu melewatinya. Menatap bola yang sudah menggelinding jauh itu sebentar, kemudian Ao menengok ke arah Anton dan Rena yang berjongkok memegangi kepala mereka.
“Sakiit...” rintih Anton.
“Woy! Kira-kira dong kalo ngelempar...! sakit banget tau...!” teriak Rena. Ao menghela napas. Ia melihat Lova berlari kecil mendekati mereka.
“Huaa... maapin gue...! Sori banget tadi.... kalian nggak kenapa-kenapa kan...?” Lova terlihat khawatir. Oh, ternyata Lova toh yang ngelempar bolanya....
“Kita nggak kenapa-kenapa, tapi kepala nih yang kenapa-kenapa!” sungut Anton sambil mengusap-usap kepalanya.
“Aduh... sori deh...” Lova merasa bersalah. Tapi Rena dan Anton masih menggerutu.
Ao menghela napas. “Sudahlah... toh hanya bola basket.”
Rena dan Anton mendelik. “Tetep aja sakit!” teriak mereka bersamaan.
“Lebih mending kena bola basket atau bola besi?”
Perkataan Ao itu membuat keduanya bungkam.


Ao POV
Aku menghela napas lagi. Rena dan Anton tetap saja menggerutu... Menyusahkan saja....
“Ah, elo tadi kena bola juga kan?” selidik Rena.
“Tidak.”
“Bo’ong ah! Tadi gue liat bolanya mantul ke elo.” bantah Anton.
Aku menatapnya datar. “Bolanya hanya melewati samping kepalaku.” Dan mereka berteriak bersamaan, “Aah! Curang lo..!”
Apanya yang curang?, aku menghela napas lagi. Entah kenapa akhir-akhir ini aku suka sekali menghela napas.
“Aduh... maapin gue ya...?” kata Lova untuk yang ketiga kalinya.
Deg.
Kenapa... ini..., aku kesulitan bernapas dan jantungku berdenyut nyeri. Tapi aku berusaha menyembunyikannya dengan tetap berwajah datar.
“Ayo semua berkumpul! Sekarang kita akan ambil penilaian!” teriakan Doni-sensei  mengalihkan perhatian semuanya, sekaligus membuat kepalaku berdenyut menyakitkan.
“Tch...”
Rena menoleh padaku, “Yuk Ao, kita-” ucapannya terhenti, “Hei, Ao? Lo baik-baik aja?” sepertinya kupingku berdenging nyaring.
“Tidak apa-apa.” kataku pelan, berusaha terdengar datar.
“Tapi muka lo pucet...”
"Sing a song for you now... And night gone..." Ngiiiing... Suara dengungan keras seperti masuk ke dalam telingaku, aku tidak bisa mendengar Lova yang masih mengoceh.
Dengungannya terasa semakin keras dan membuat kepalaku sakit. "Whenever it will shiny by moonlight..." 
"?" Aku menutup telinga kanan dengan sebelah tanganku, berniat untuk menghilangkan suara itu tapi tampak sia-sia, suara itu makin keras.
"Call me through my dream, anguish came with me." Lagi, lagi dan lagi...
“Ao? Lo baik-baik aja kan??” Anton mengguncang-guncang bahuku.
"Did you see my dream? Thanatos was with me."  Aku semakin tidak bisa bernapas seiring suara itu berdengung di kepalaku. “Aku... aku ke toilet dulu...” tanpa menunggu adanya jawaban, aku segera berlari menuju koridor. Masih sempat kudengar suara mereka bertiga yang memanggil namaku, tapi aku sudah tidak peduli.
Ngiiiiing...
Kepalaku bertambah sakit, dan aku hampir tidak bisa bernapas lagi.
"You'll find me in fears."
 "Ahhh!" Aku bersandar pada tembok dan memekik tertahan karena tidak tahan dengan suara itu.
"Tidak..." Aku tetap menutup kedua telingaku. "Ukh..."
"And all of scream."  Suara itu tergiang lebih keras. Dengungan yang terdengar menyakitkan.
“Uhh...” bibirku gemetaran dan lidahku kelu. “N... No... Noin...” setengah mati aku berusaha mengucapkannya.
Srakk!
Aku mengenal aura ini. Perasaan lega melingkupiku, sesaat sebelum aku jatuh ke dalam kegelapan.

0 Toron toron Kuraudo:

Posting Komentar