~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*
Jumat, 20 November 2009

Aishiteru, Ao-kun! Part 6

2
Hokkaido, Jepang.
“An, sudah, berhenti! Jangan makan lagi. Kau jangan terlalu banyak makan! ” protes Haruka. Di depannya, An, sedang melahap chocolate cheese cake keempatnya. Ia menatap Haruka sebentar, lalu melanjutkan makannya lagi. (untuk memudahkan para pembaca, dialog di Hokkaido ini adalah terjemahan. Yah, untuk memudahkan penulis juga sih )
Dengan jengkel Haruka mengambil potongan cake yang ada di tangan An. “Hei, kau ini kenapa sih?! Aku kan lapar! Kembalikan!” kata An seraya mengambil kembali cake-nya. Haruka hanya menghela nafas.
“Ini sudah cake keempat! Kau belum kenyang juga?”
An menggeleng. “Cake di sini enak. Aku jadi tambah lapar.”
“Memangnya kau bisa merasakannya? Kau kan buta rasa,” kata Haruka sinis. An tidak menghiraukannya (dikacangiin kali…!).
“Berhenti sekarang atau kutinggal kau di sini! Kita kesini bukan untuk makan kan?”
“Ah, ya. Aku hampir lupa. Kalau begitu tunggu aku menghabiskan yang ini, lalu kita pergi.” jawab An sambil langsung melahap cake-nya. Setelah itu, mereka langsung pergi ke sebuah rumah besar yang tidak terlalu jauh dari café cake tadi.
Di ruang tamu rumah itu, sudah menunggu mereka seorang pria berambut coklat. Dia duduk dikursi sambil membaca suatu kertas. An dan Haruka duduk di depannya.
“Lama sekali,” gumam pria itu. “Maaf, tadi aku makan dulu.” sahut An.
Pria itu menghela nafas. “Ya ya, aku mengerti. Aku tahu kau keberatan dengan hal yang ingin kudiskusikan ini. Tapi kau tak usah sengaja berlama-lama di suatu tempat hanya karena tak ingin ke sini.” An menatapnya lurus, tanpa ekspresi.
“Kalau sudah tahu, kenapa masih memanggilku, Gunji?” tanya An datar.
“Sebenarnya aku juga keberatan dengan perintah ini, tapi perintah ini langsung dari ketua, kita tak bisa membantah. Lagipula, hanya kau yang ada di unitku. Ao sedang pergi cuti panjang, dan melaksanakan 1 misi lain.” Gunji menyeruput teh dimeja.
“Kenapa bukan yang lain? Nanaki mungkin? Dia kan Patner Ao di sini. Lagipula dia lumayan kuat. Helling-nya level 3, mungkin akan terus meningkat. Dia juga tipe Heaven kan? Kenapa tidak dia saja?”
“Aku juga sudah menyarankan itu. Tapi perintah pihak atas sudah tak bisa diganggu gugat lagi. Mereka sudah memilih yang cocok. Yaitu kau.”
Haruka menyela, “Kurasa misi kali ini berat. Mereka sampai berani menugaskan kalian untuk pergi jauh, bahkan tinggal di negeri orang. Padahal selama ini mereka sangat ‘menjaga’ kalian.” Haruka memberi tekanan pada kata ‘menjaga’.
“Mau muntah mendengarnya” sahut An dingin.
“Aku setuju dengannya. Bagaimana pun juga, kalian sangat berharga untuk dilepaskan begitu saja tanpa penjagaan. Lagipula hanya kau saja yang tersisa untuk tipe penyembuh sekaligus penghancur, walaupun ada Eri dan Miko, tapi mereka di bagian pengobatan, jadi tak mungkin diserahi tugas ini.” Haruka mengangguk mendengar perkataan Gunji.
“Dasar sampah-sampah menjijikkan. Kenapa tidak mereka saja yang pergi? Toh, walaupun sudah jadi ketua unit atau pimpinan Lock, mereka masih cukup kuat. Kenapa harus aku dan Ao?” gumam An jengkel.
“Seharusnya kau senang kan, bisa bertemu lagi dengan ‘kakak tersayang’mu itu?” kata seorang wanita yang datang dari pintu dalam. Rambut coklat tembaganya bergelombang-gelombang saat ia berjalan. Itu Eri.
“Memang sih, tapi kenapa harus tinggal di sana? Di sana itu penuh polusi, macet, tempat kumuh, makanannya tidak enak! Kotor!” seru An jengkel.
“Tapi di sana banyak penjahatnya lho…” tawar Eri sambil tersenyum. Ia yakin An akan tertarik untuk ke sana, ke Indonesia. An sangat, sangat tertarik hanya pada empat hal. Ayahnya, Ao, makanan, dan kejahatan. Tebakannya nyaris meleset, karena An masih merenung untuk memikirkan untung-rugi baginya.
Eri menggunakan kekuatan tidak biasanya-kekuatan supernatural khusus para anggota Lock- itu. Ia memasuki benak Gunji.
Bantu aku.
Kau yakin? tanya Gunji.
Apa aku terlihat seperti punya pilihan? Eri balik bertanya.
Baiklah, akan kucoba. Tapi kurasa dia akan tertarik ke sana, walau tanpa bantuanku. jawab Gunji
“Benar kata Eri. Kurasa kau cocok dalam misi ini. Kau bisa bersenang senang di sana tanpa pengawasan, kujamin hal itu. Di sana ada Ao. Kau pasti sangat bersenang-senang. Target kali ini lumayan sulit. Dia adalah seorang hacker. Pernah hampir tertangkap oleh tim elit yang dikirim CIA, tapi dia berhasil lolos dengan merobohkan 10 orang hanya dengan mengacungkan tangannya,” kata Gunji akhirnya.
“Karena itu mereka meminta kita mengatasi masalah ini kan?” sambung Haruka.
Gunji mengangguk,“Ya. Tapi tim elit kita juga belum berhasil menangkapnya. Jadi, ketua menugaskanmu untuk menangkapnya.”
“Tapi …”
“Tak ada kata keberatan. Kau tak boleh menolak,”
“Bagerou...” geram An.
“Kenapa tim elit tak bisa menangkapnya lagi? Seharusnya mereka sudah tahu orangnya kan?” tanya Haruka.
“Sebenarnya CIA tidak melacak dengan hal-hal fisik, tapi dengan rute-rute sistem hack-nya. Saat hacker itu menghack sebuah sistem di Pentagon, para operatornya segera melacak sistemnya. Setelah ketemu,mereka segera mengirim tim kesana, dan seperti yang kubilang tadi, pelaku berhasil lolos. Menurut laporan yang kuterima, kira-kira pelaku keturunan Belanda, karena aksen bahasanya sedikit Inggris.”
“Orang aneh,” sela An.
“Bukan aneh, tapi sangat aneh. Itu pendapat mereka. Karena pelaku bisa merobohkan tim khusus dengan pelatihan terkuat itu hanya dengan mengacungkan tangannya. Sangat mustahil itu terjadi, kecuali pelaku juga berhubungan dengan dunia kita. Saat penangkapan, pelaku menggunakan topi dan tudung jaket. Apalagi tempat penyergapannya remang-remang. Satu orang dari 10 korban yang dirobohkan melihat wajah pelaku, tapi sayangnya dia sudah tewas di kamar perawatannya pada malam ke-2 setelah penyergapan itu. Jadi sampai sekarang tak ada yang tahu siapa pelaku.” kata Eri.
“Ini adalah berkas-berkas yang berhubungan dengan pelaku. Di sini juga ada daftar situs-situs yang sudah di-hack olehnya.” sambung Gunji sambil menyerahkan berkas itu kepada An dan Haruka.
“Wow… operator Bank di Swiss juga sudah berhasil ditembus…” Haruka bergumam.
Setelah membaca beberapa lembar, senyum An tersungging. “Menarik,” seringainya.
“Oke, kuterima misi ini. Tapi dengan beberapa syarat…” An menyeringai nakal.
Haruka, Gunji, dan Eri saling berpandangan.

***

0 Toron toron Kuraudo:

Posting Komentar