~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*
Jumat, 20 November 2009

Aishiteru, Ao-kun! Part 8

“…Shortcake, Mille Feuille, Mint tea, Honey lemon tea, Fruits Cocktail, Tiramisu, Cappucino mint, Apple Pie, Lair Cheese Cake, Roll Cake, Mont Blanc, Madeleine, Gateau Chocolate, Honey Muffin… Café Au Lait… Opera Choco… Blueberry shortcake… lalu sentuhan terakhir… Blackforest…!” senandung An girang. Ia sedang menyiapkan ‘cemilan sore’nya di meja makan. Sebenarnya hanya seperempat-nya yang ditulis, kalo semuanya, bisa-bisa yang baca muntah. Semuanya kue euy! Prinsip An: “kalau makan makanan manis, hati jadi senang…!” (tapi ‘makanan manis’nya itu, gila-gilaan!).
“Minuman penutupnya mau apa?” tanya Wizard. Ia yang selalu membuatkan cemilan di rumah. Bersama Dita yang selalu membantunya.
“Engg… apa ya…? …. Ah, Moccacino shake dan Gin…!” pinta An.
“Hei, kau bisa mabuk kalau minum Gin. Tidak boleh!” seru Haruka dari sofa di ruang tamu (Gile, ruang makan kan ada di tengah rumah, ruang tamu di dekat pintu depan. Telinga singa bo..!).
“Uu~h! Ya sudah, sake Matatabi saja…!” sungut An.
“Baik An-sama.” jawab Wizard. Ia bergegas ke dapur bersama Dita.
“AN!! SUDAH BERULANG KALI KUBILANG?! KAU TIDAK BOLEH MINUM SAKE!” teriak Haruka dari ruang tamu. Dalam 2 detik, dia sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah malaikatnya yang dingin (ceile!).
“Aku tak akan mabuk kok…!” erang An. Suaranya yang seperti lonceng, berharmonisasi dengan suara Haruka yang bagai kicauan burung Quetzal (halah! Waktu mau disembelih kali! :-P).
“Apa kau lupa?! Kau hampir membuat ruang tamu hancur 2 minggu yang lalu! Dan itu cuma dengan secangkir sake yang entah dari mana kau dapatkan!” suaranya hampir menggeram.
An memutar bola matanya. “Jangan, berlebihan. Aku hanya merusak dinding dan sofa.” katanya datar. An menatap Haruka dengan wajah polosnya. Tatapannya menusuk Haruka langsung ke manik-manik matanya.
Haruka balas menatapnya. Tatapannya tajam dan dingin. Mereka berdebat dalam diam, membuat atmosfer di sekeliling mereka hitam pekat (halah!). Dita dan Wizard masih lalu lalang di sekitar mereka untuk menyiapkan cemilan dan makan malam. Tampaknya tidak terganggu dengan adegan yang terasa menusuk-nusuk itu. Udah sering sih.
“Tidak.” kata itu keluar dari sela-sela gigi Haruka yang terkatup rapat.
“Ayolah… sekali ini saja. Aku janji tidak akan mabuk.” suara An penuh permohonan. Wajahnya langsung berubah. Wajah bulat kekanakannya mirip sekali dengan anjing yang ditinggal majikannya.
Haruka langsung memalingkan muka, sebelum pertahanan yang sudah dibuatnya runtuh seketika. Tapi ia sudah terlanjur melihatnya. Mata An yang bulat membesar saat menatapnya. Cepat-cepat ia memalingkan muka.
“Ya?” harap An.
Ugh, dia sangat membenci saat-saat seperti ini. Dimana An senang sekali memanfaatkan kelemahannya yang satu ini. Tapi sudah terlambat sekarang.
Haruka menghela nafas. “Baiklah, hanya kali ini saja.” suaranya hampir mirip erangan.
“Yeeei…!” An melonjak-lonjak kegirangan. “Kau memang Haruka-ku tersayang…!” lanjutnya sambil memeluk Haruka.
”Ya, ya.” ditepuk-tepuknya kepala An. “Sekarang, bagaimana caramu bisa pergi ke sana tanpa ketahuan oleh Ao?” tanya Haruka.
“Haaahh… itu lagi… tenang saja, itu gampang. Kau seperti tidak percaya padaku ya?” kata An. Ia menghempaskan tubuhnya di kursi meja makan. Bersiap makan cemilannya.
“Tidak juga. Hanya saja…” Haruka tidak melanjutkan perkataannya. Mata warna burgundy-nya menerawang.
“Karena disana tanda-tanda terakhir munculnya Porta Ilusia?”
Mereka menoleh ke pintu, arah datangnya suara itu. Disana berdiri seorang anak laki-laki dengan tinggi beberapa senti lebih pendek dari Haruka, itu Dark.
“Ya…. Tapi sangat samar… bisa saja Ao sendiri yang membukanya. Tapi, itu pun tidak mungkin.” jawab Haruka.
“I…dak…. Ihu hasti… hasukan Odin…!”(terjemahan: “Tidak… Itu pasti… pasukan Odin…!”) kata An dengan mulut penuh makanan. Setelah menelan makanannya, ia berkata, “Ao tidak mungkin berpindah dimensi, karena aku pasti langsung merasakannya. Lagipula, Ao tidak akan meninggalkan jejak sekecil pun.”
“Ee…hh?!” pekik Wizard dan Dita di pintu dapur. “Bagaimana bisa?! Padahal tidak ada jalan masuk, sudah kita segel kan?” tanya Wizard. Mata hijau topaz-nya membesar.
“Haaah…. Kalau cuma segel kekuatan, tetap saja…” kata Dark.
“Heh, kalau kau kira itu tak cukup, sana! Bikin segel baru!” gertak An. Dark hanya memeletkan lidahnya, “Tidak maauu…!” lanjutnya. Lalu langsung kabur sebelum kena lemparan meja makan.

***

“Grrrrr…. Dasar stupid brengsek…! Boncel sialan…! Dasar kacang…!!” geram Bobi. Ia lalu menenggak Vodka-nya. Sekarang ini ia and the gank berada di sebuah klub malam terkemuka di Jakarta. Teman-temannya sekarang sedang berjoget-joget ria di panggung. (Yaks!)
Bobi hanya ditemani salah satu temannya (yang menjurus ke arah sahabat), Verig. Ia adalah anak blasteran Belanda-Jepang-Sunda. Dengan wajah yang tampan (udah kulitnya putih mulus… rahangnya tegas… matanya indah… dengan bola mata berwarna biru tua, ada campuran hitam, trus klo kena cahaya warnanya jadi biru tua keperakan… keren deh! bulu matanya lentik-lentik gimanaa…gitu. Trus, rupanya itu lho… benar-benar handsome deh!), tubuh tegap, tinggi 187cm, tubuh yang kokoh (atletis gitu), de el el. Yah, Bobi aja kalah lah. Untungnya ia nggak iri dengan temannya yang satu ini.
“Tenanglah, man. Ngapain sih lo marah-marah? Kita ke sini kan buat senang-senang. Jangan lo rusak dong.” kata Verig.
“Gimana nggak kesel Rig, tu anak baru belagu banget! Baru 2 minggu aja udah keganjenan…! Gue heran, cewek-cewek itu ngeliat apa sih dari dia, sampe-sampe ngejar-ngejar dia banget?!” adu Bobi. Dia kembali menenggak minumannya. Verig terkekeh.
“Maksudmu… Ao? Paling lo cuma iri ma dia. Secara anak baru tapi bisa menggaet cewek-cewek se-sekolahan.” Verig tertawa. Bobi makin cemberut.
“Itu juga termasuk sih. Tapi, dia itu bikin Lova keganjenan ma dia! Haaah!!! Bastard!!”
Verig melirik iseng ke Bobi. “Oooh…. Jadi gitu ya… Karna putri Lova tercinta…~” Verig mulai bernyanyi.
“Shut up Verig! Gue lagi nggak bercanda…!” teriak Bobi untuk mengalahkan suara musik. Mukanya semerah tomat. Untung disitu ada efek-efek cahaya, jadi nggak ada yang tau warna itu berasal dari mukanya Bobi.
“Alaah, gue udah tahu… duluu… banget! Gue ini udah jadi temen lo dari kelas 1, lo nggak bisa bohongin gue deh….”
“Lo diem aja deh Verig! Mau gue timpuk pake botol hah?!” ancam Bobi. Verig hanya nyengir.
“Iya deh iya… gitu aja kok ngambek. Hehehe….” Verig terkekeh. “Yah, lo ngajak gue ketemuan disini cuma mo ngomongin itu doang nih ceritanya?” lanjutnya.
“Nggak juga. Gue kesini mau minta tolong nih ke elo. Lo tolong bantu gue ngasih pelajaran sama si Ao itu. Gue pengen bikin dia marah, tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Sama kaya gue dulu.”
“Waah… itu rada susah Bob. Soalnya dari pengalaman lo itu, dia nggak bisa dikalahkan dengan cara main keroyokan. Bisa-bisa pengeroyoknya yang babak belur. Apalagi berdasarkan cerita temen-temen, dia itu nggak banyak omong. Jadi kalo dideketin, susah banget.” Jelas Verig. Bobi hanya diam. Verig pun terdiam.
“… Bobi…??” panggilnya.
“…”
“Woi man, lo nggak pingsan kan?” Verig pelan-pelan mendekati Bobi. Bobi menoleh, lalu tersenyum. Hanya senyuman biasa, tapi itu sudah cukup membuat Verig merinding.
“Ng... Bob...??” pelan-pelan Verig menyingkir dari samping Bobi.
“Nyaaaaaaa...????” jawab Bobi sambil mendekati Verig. Dengan senyum “berbahaya” tersungging di bibirnya.
Glek, senyum ini... tingkah ini.... Wah, ni anak kayaknya udah mabuk nih... bahaya..!!, pikir Verig.
“Bob... kita pulang aja ya... kayaknya lo udah ga kuat lagi di sini..” bujuk Verig. Verig pun menarik lengan Bobi menuju pintu keluar.
Mau tahu kenapa Bobi jadi “aneh” gitu?? Hehehe. Sebenarnya sih, sederhana. Bobi mabuk, itu doank. Tapi...!! Klo udah mabuk, Bobi bisa jadi anak “kecil berbahaya”. Dalam berbagai arti. Huahahaha.

***

0 Toron toron Kuraudo:

Posting Komentar