~* Black Winged Angel *~

Vali dan Narvi

About Me

Foto saya
Seorang cewek yang baru menyadari kalo dirinya adalah seorang Fujoshi tingkat medium,Pecinta doujin Shonen ai & Yaoi (dengan beberapa pengecualian) tapi hanya yang gambarnya bikin...aw~, punya impian memiliki serigala, punya sayap(hiks!),mengendalikan api(HUAA!!pengen BGT!!). Saat ini sedang mencoba membaca doujin Final Fantasy 7...tapi masih menolak versi Hardcore or Lemon. Cih, gara-gara seorang doujinka dengan pen-name KIKI (sialan!) yang telah menularkan dengan gambar Cloudnya yang... ugh, mimisan gue... *nyari tisu*

Ok... gue yakin dan tahu, gue ini maruk banget. Fiksi gue yang Aishiteru, Ao-kun! aja belom selesee... tambah lagi Bloody Kiss~ Beskyttende Crystal, dan itu baru berapaa yang gue post. Sekarang tambah lagi!
Gue tahu, gue tahu. Gue emang nggak bisa nyelesain satu cerita TANPA adanya cerita baru yang terlintas.
Hahaha... jadi mumpung dapat ide, ya gue tulis aja.

Langsung aja deh!

___________________________________________________


Warna merahnya yang indah...
Kilau cantik yang dipantulkannya...
Aroma familiarnya yang memicu hasrat...
Aku sudah tidak tahan lagi...
Aku sudah tidak sabar lagi...
Aku ingin menumpahkannya...
Aku ingin membunuh...
Membunuh...
Merasakan lebih banyak darah lagi...
Darah...
Darah...
Aku menginginkan DARAH!




Aku tersentak. Terbangun dari mimpi yang sama. Tubuhku gemetar, sama seperti nafasku yang terengah-engah dan jantungku yang berdetak cepat. Aku mengambil posisi duduk, berusaha menenangkan diri. Keringat menetes deras dari keningku. Bahkan piyama yang kukenakan sudah basah kuyup oleh keringat. Kurasa aku butuh mandi. Aku melirik jam di meja sebelah tempat tidurku.

Masih jam 4 pagi.

Masih terlalu pagi untuk memulai hari. Err... bagiku. Aku bisa saja tidur lagi, tapi aku tidak mau melihat mimpi buruk yang sama. Ya, mimpi buruk yang SAMA. Yang selalu menghantui tidurku akhir-akhir ini. Entah kenapa mimpinya selalu sama. Berulang-ulang. Mengherankan? Tentu saja. Aku bahkan takut untuk tidur, karena aku pasti akan memimpikan hal yang sama. Aku bahkan mencoba untuk tidak tidur. Sehari-dua hari, aku kuat. Tiga hari-empat hari, aku mulai mengantuk. Dan hari kelima, aku tidur bak mati suri.

Bayangan itu terlintas di benakku. Bayangan diriku yang bersimbah darah... aku menggelengkan kepala, berusaha mengenyahkan bayangan itu dari pikiranku.

Itu hanya mimpi. Sudah pasti. Hanya bunga tidur.

Kuyakinkan diriku sendiri sampai bayangan itu hilang dari benakku. Ya, sudah pasti itu hanya bunga tidur. Dan aku jadi sedikit tenang. Aku melihat jam lagi. Jam 5 kurang. Yah, kurasa sekarang saatnya. Aku beranjak dari tempat tidurku, merapikannya dulu sebelum berjalan ke kamar mandi.
__________________________________________________________________________________


"Alec! Ayo cepat! Kau itu kenapa lama sekali sih?!" suara Alto khas itu berasal dari lantai bawah, tapi menggema sampai ke kamarku. Huh, menggangguku baca komik saja. Tapi aku segera berdiri dan menyambar tas ransel di meja. Tidak lupa aku menaruh komik yang kupegang ke dalam laci meja sebelum keluar kamar.

"Kau itu ngapain saja sih? Lama sekali." suara mirip erangan langsung menyambutku begitu keluar.

Rambut spiky berwarna pirang pucat menyembul dari bawah tangga. Aku hampir tertawa saat melihat mata biru langit pemilik rambut spiky itu menatapku gemas.

"Baca komik." jawabku singkat. Hehehe, aku paling suka reaksinya setelah ini. Wajahnya akan memerah, tangannya mengepal, tubuhnya bergetar, matanya yang menatapku semakin gemas. Benar-benar imut!

"Berhenti mengganggu kakakmu, Alec." nada suara menegur membuatku menoleh. Kali ini rambut sedikit spiky berwarna hitam kebiruan menyembul dari balik koran yang dibacanya di ruang makan.

Aku hanya nyengir tanpa dosa. "Ayolah Niall, aku hanya sedikit 'main-main' kok."

"Alec..." mata berwarna merah terangnya menatapku.

Aku memutar bola mataku. "Iya iya, 'Kak' Niall," aku menoleh pada si pirang. "Maafkan aku 'Kak' Iriall." kataku.

Iriall hanya mendesah pelan. Ia melangkah ke ruang makan dan meraih tasnya yang tergantung pada kursi. Sambil menyandang tasnya, ia melangkah pergi.

"Kalau lambat kutinggal." katanya sambil berlalu. Cih, terpaksa makan di jalan deh.

Aku langsung menyambar roti di meja dan berlari mengejar Iriall. Baru dua langkah, aku menoleh.

"Kami pergi dulu ya!" kataku pada Niall. Lalu aku langsung mengejar Iriall yang sudah di depan pintu.

0 Toron toron Kuraudo:

Posting Komentar